Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Menumbuhkan Kedewasaan Suporter Sepak Bola

22 April 2018   01:06 Diperbarui: 22 April 2018   02:45 989 0

Suporter sepak bola di Indonesia dikenal sebagai kelompok yang sangat fanatik, terutama dalam membela dan mendukung tim sepak bola di Kota tempatnya tinggal. Mereka bahkan rela datang jauh-jauh dari tempat tinggalnya untuk menyaksikan langsung tim kebanggaannya saat bertanding di Stadion.

Setiap kali tim sepak bola di Indonesia bertanding otomatis jalan raya biasanya ramai dipadati arak-arakan suporter yang pergi ke Stadion untuk menyaksikan pertandingan timnya, mulai dari mengendarai sepeda motor, angkutan umum bahkan menumpang truk. Suara-suara lantang dari yel-yel dan nyanyian klub suporter menggema di jalanan setiap kali mereka lewat.

Berbagai atribut tim mereka kenakan sebagai bentuk loyalitas mulai dari jersey tim hingga syal kebanggaan yang menjadi ciri khas.

Mendukung tim sepak bola tidaklah melanggar aturan, tetapi jika cara dan sikap dalam mendukung tim sepak bola itu anarkis sehingga mengganggu ketertiban umum, merusak fasilitas publik, menimbulkan kerusuhan bahkan hingga timbulnya korban jiwa maka suporter sepak bola yang melakukan hal tersebut sudah dikatakan melakukan tindak pidana dan wajib dikenai sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Perilaku suporter anarkis memang tidak hanya terjadi di Indonesia bahkan perilaku anarkis sepakbola pun pernah terjadi di Negara lain. Terdapat istilah yang menggambarkan anarkisme suporter sepak bola yaitu hooliganisme sepak bola.

Menurut laman Wikipedia hooliganisme sepakbola yaitu, "Merujuk pada apa yang secara luas dianggap sebagai perilaku nakal dan merusak oleh penggemar sepak bola yang terlalu bersemangat. Tindakan seperti berkelahi, vandalisme dan intimidasi yang ditetapkan oleh asosiasi suporter sepak bola yang berpartisipasi dalam hooliganisme sepak bola."

Dengan demikian kelompok hooliganisme sepak bola adalah sebutan bagi kelompok suporter sepak bola yang kerap kali mengekspresikan bentuk kegembirannya ataupun seringkali timbul dari bentuk kekecewaan pada saat melihat timnya bertanding, meluapkan emosinya melalui tindakan-tindakan yang merusak lingkungan bahkan membahayakan nyawa diri sendiri dan juga orang lain.

Pertama kali peristiwa hooliganisme terjadi di Inggris pada abad ke-19 yang dilakukan dengan penyerangan terhadap para pemain, wasit hingga merambat ke lingkungan masyarakat. Seolah berkaca pada hooliganisme dan terjadinya peristiwa tersebut, saat ini di Indonesia kondisi suporter sepak bola dapat dikatakan belum dewasa dalam menyikapi hasil pertandingan timnya yang bertanding, maupun dewasa dalam membangun komunikasi dan interaksi yang baik antar suporter sepakbola yang lainnya.

Saat ini memang sudah sangat jarang ditemukan peristiwa anarkisme suporter sepak bola di Negara lain, tetapi di Indonesia budaya buruk tersebut masing sering terjadi terutama saat tim sepak bola besar yang memiliki basis pendukung yang banyak biasanya kelompok suporter sepak bola tersebut sering terlibat clash dengan kelompok suporter tim sepakbola yang lainnya jika kedua tim sepak bola itu bertanding.

Beberapa peristiwa kekerasan yang menimbulkan kerusakan pun sering terjadi pada tim yang akan bertanding, mulai dari lemparan batu dan benda tumpul yang menyasar ke bus tim hingga penghadangan oleh kelompok suporter sepak bola terhadap tim sepak bola lawan. Bahkan ada beberapa tim sepak bola yang harus menggunakan mobil Barracuda dengan pengawalan TNI dan POLRI untuk mengantisipasi anarkisme suporter sepak bola yang berusaha menyerang mereka saat menuju Stadion.

Fenomena-fenomena yang menimbulkan suasana tidak nyaman diliputi kecemasan dan ketakutan tim saat bertanding pun harus mereka hadapi saat di lapangan, karena banyak suporter lawan yang sering melempar benda-benda seperti botol air mineral ke arah pemain dan official tim yang sedang bertanding di lapangan.

Semua hal tersebut yang saat ini menjadi kendala utama sepak bola di Indonesia belum berjalan dengan baik, karena ulah suporter sepak bola yang belum dewasa kerap kali mengganggu jalannya pertandingan hingga sering kali harus dihentikan sebelum laga berakhir, dan tentu hal itu akan mengakibatkan pertandingan sepakbola tidak produktif dari segi pengembangan kualitas peramainan sebuah tim.

Menyikapi hal tersebut sanksi tegas baik peringatan dan administrasi sudah sering diberikan oleh PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) kepada tim sepak bola yang suporternya sering "nakal" pada saat setiap kali timnya bertanding, namun sanksi-sanksi tersebut nyatanya hanya merugikan tim dan tetap saja ulah suporter tidaklah berubah menjadi lebih "ramah" dari sebelumnya.

Dalam menyikapi hal tersebut maka perlunya sikap menumbuhkan kedewasaan suporter sepak bola supaya hooliganisme ataupun perilaku anarkisme yang sering kali dilakukan suporter sepak bola dapat dihilangkan dalam mindset-nya, sehingga mungkin akan timbul kesadaran dan budaya sikap yang baik dalam mendukung tim dari kelompok suporter sebak bola.

Pertama, perlunya memahami bahwa perilaku anarkisme yang menimbulkan keributan, kerusakan bahkan korban jiwa merupakan perbuatan melawan hukum dan sanksi pidana akan menjerat pelakunya.

Kedua, hilangkan pikiran bahwa tim lawan yang bertanding adalah musuh yang harus "dibasmi" melalui kekerasan dan suporter berhak berbuat anarkis untuk melawan itu, tetapi tumbuhkan pikiran bahwa tim lawan adalah tim yang harus dikalahkan melalui pertandingan yang adil dan itu dilakukan melalui pertandingan kedua tim di lapangan.

Ketiga, tumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai sesama suporter sepak bola, karena pertandingan adalah arena bertempur setiap tim, tetapi suporter adalah kelompok yang menjadi media dukungan yang sangat diperlukan tim untuk bermain dengan maksimal, jadi dukunglah tim sebaik mungkin dengan cara dan sikap yang baik dan tidak melanggar aturan yang berlaku. Pertempuran antar kelompok suporter hanya akan merugikan tim dari citra, materi dan juga pola permainan sebuah tim kedepannya.

Keempat, bersikaplah dewasa dalam menyikapi dan menerima hasil dari pertandingan tim yang didukung dan berhentilah mengganggu pertandingan hingga pertandingan harus dihentikan sebelum waktu pertandingan berakhir, karena itu dapat merugikan sebuah tim dan bukan merupakan cara dalam mendukung yang bijak.

Kelima, pikirkan sanksi dan kerugian materi yang akan diderita tim yang didukung jika suporter sepak bola kerap kali mengganggu jalannya pertandingan atau berbuat anarkis di lingkungan masyarakat.

Kelima sikap dan cara yang sudah dijelaskan tersebut tidak akan membuahkan hasil bagi tumbuhnya kedewasaan suporter sepak bola di Indonesia jika suporter tidak mampu memahami dan mencerna dengan baik dan tidak peduli sanksi yang akan diterima dan juga masa depan sepak bola Indonesia.

Jika ego dan emosi masih menjadi garda terdepan dalam mendukung tim sepak bola dan pola pikir yang bijak disertai dengan pertimbangan dampak anarkisme suporter hanya menjadi satu titik hitam diatas putih, sehingga tidak ada niat yang baik dari setiap kelompok suporter sepak bola untuk merubah sikapnya, maka kedewasaan suporter sepak bola hanya akan menjadi angan-angan dari masa ke masa hingga akhir tua.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun