Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Inilah Pihak Asing yang 'Mendikte' Penggunaan Air Indonesia

5 Maret 2014   20:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12 730 13


Mandi di selokan. Gambar: wikipedia

.

Pernyataan Ketua MUI Din Syamsuddin yang mengharamkan air kemasan dikaitkan dengan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pernyataan Din yang menegaskan kekecewaan pada negara yang tidak bisa berbuat apa-apa dengan tumbuh suburnya pabrik air kemasan oleh asing, lalu memfatwa-haramkan air kemasan menuai kontroversi.

Sejak kecil kita diajarkan untuk mencuci tangan sebelum makan, dan TIDAK BOLEH minum air yang tidak dimasak terlebih dahulu. Hingga saat ini pun, pakem tersebut masih sama. Tidak boleh minum air yang tidak dimasak terlebih dahulu. Artinya: sejak kita kecil, hingga dewasa, kualitas air Indonesia tidak mengalami perubahan. Sejak Indonesia merdeka hingga kini, tidak ada satu orangpun yang berani mengumumkan: air dari keran aman diminum.

30% air di Indonesia terkontaminasi bakteri E. Coli dan berbagai kuman lain. Yang menyebabkan penyakit diare, kolera, disentri dan typhoid. 20% kematian balita disebabkan oleh diare, karena kualitas air yang tidak sehat. Penelitian yang dilakukan oleh World Bank menunjukkan bahwa 120 juta kasus penyakit dan 50,000 kematian yang terjadi tiap tahunnya di Indonesia terkait dengan buruknya sanitasi dan kualitas air. Terutama di daerah masyarakat ekonomi menengah bawah.

Air minum yang steril, bagi masyarakat miskin, bukan hal sederhana. Setidaknya satu keluarga harus mengeluarkan biaya Rp.100,000 per bulan untuk membeli air bersih dan membayar bahan bakar untuk memasaknya. Bagi masyarakat yang lebih mampu, air kemasan menjadi pilihan.

WHO dan UNICEF mencatat, bahwa 18% (45 juta) masyarakat Indonesia tidak memiliki akses kepada air minum yang bersih, sementara 46% (115juta) tidak memiliki akses pada sanitasi yang sehat.

Menurut World Bank, buruknya kualitas air dan sanitasi Indonesia memberikan dampak langsung terhadap kemiskinan bangsa dan perkembangan ekonomi di masa depan.

Untuk itu, baik World Bank, WHO, UNICEF, USAID, secara bersama-sama membantu Indonesia untuk meningkatkan akses masyarakat kepada air minum yang bersih dan sanitasi yang sehat. Jutaan dollar digelontorkan ke Indonesia tiap tahunnya untuk membantu perbaikan kualitas air minum dan sanitasi.

Jika anda mengakses internet, membaca berbagai laporan mengenai air bersih dan sanitasi Indonesia, anda akan menemukan berbagai laporan pihak asing mengenai progress pembangunan infrastruktur air bersih dan sanitasi Indonesia, serta perkembangan penanggulangan penyakit akibat air tidak bersih. Namun anda akan kesulitan menemukan laporan resmi atas proyek air bersih yang dibuat oleh dan insiatif pemerintah Indonesia, serta dilaporkan secara terbuka.

Asing terlihat lebih perduli pada penggunaan air bersih untuk kemakmuran rakyat Indonesia dibandingkan pemerintahnya sendiri.

Lalu, standard apa yang hendak kita pakai? Standard kesehatan WHO atau standard haram halal ala Din Syamsuddin?

.

- Esther Wijayanti -

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun