Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Inilah Perilaku Manusia yang Serupa Perilaku Babi

19 Juni 2012   05:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:48 354 12

Makanan, memberi dampak bagi kesehatan tubuh kita. Namun kita mendengar banyak sekali ajaran mengenai jangan makan ini dan itu karena berdampak pada jiwa kita. Mari saya share kepada anda, mengapa hal ini saya benarkan.

Pernahkah anda mendengar orang bercerita, makan daging anjing membuat badan menjadi panas? Pernahkah anda mendengar orang berkata daging kambing itu membuat kita ingin nyeruduk (berhubungan sex dengan istri)? Menjadi vegetarian membuat kita lebih sabar, less aggressive?

Pada dasarnya, makanan yang kita konsumsi memberikan efek pada tubuh kita. Dan, jika kita konsumsi secara terus menerus berkesinambungan, akan memberikan kontribusi pada perubahan jiwa kita yang berdampak pada “dorongan/kecenderungan” karakter kita.

Namun, konsumsi makanan tersebut juga tidak muntlak dapat mempengaruhi karakter kita, sepanjang kita telah menjadi orang-orang yang terlatih dalam menguasai nafsu kita sendiri. Makan daging kambing memang membuat badan menjadi lebih panas, namun tidak serta merta tubuh mengontrol jiwa. Jika jiwa kita adalah jiwa yang kuat, maka jiwa mengontrol tubuh. Bukan tubuh mengontrol jiwa. Demikian juga, untuk menekan sifat agresif kita, kita memiliki cara-cara lain selain menjadi vegetarian, dengan memperbanyak puasa, memperbanyak menerapkan kasih, maka kita akan less aggressive.

Menjadi vegetarian menolong untuk less aggressive , tapi bukan satu-satunya jalan untuk menjadi less aggressive / sabar. Mengurangi konsumsi daging kambing menekan nafsu syahwat, tapi bukan satu-satunya jalan untuk menekan nafsu syahwat.

Mengontrol makanan yang kita konsumsi menolong, tapi bukan yang utama. Yang utama bagi kita adalah kemampuan menguasai nafsu diri. Jihad nafs.

Mengapa Babi Haram?

Babi memakan apa saja. Makanan bersih dan makanan kotor. Bahkan kotorannya sendiri pun dia makan. Perilaku sex yang tidak baik, dimana satu babi betina bisa digauli oleh banyak babi jantan.

Berapa sering anda mendengar istilah, jangan buang hajat di piring sendiri. Artinya, jangan korupsi di institusi dimana kita bekerja. Karena kalau institusi tersebut bangkrut, maka kita sendiri yang terkena imbasnya. Demikianlah seperti babi, memakan makanan bersih di kandangnya, juga memakan kotorannya sendiri di kandangnya.

Perhatikan, bahwa manusia BISA memiliki kesamaan perilaku dengan babi, TANPA HARUS MAKAN BABI.

Apa bedanya dengan anda yang memakan makanan yang bukan hak anda, dengan meminta komisi 1%, 3%, 10%, 43% dari barang yang anda purchase di kantor anda?

Kebalikannya.

Berapa banyak dari anda yang memberi umpan? Memberi komisi 1%, 3%, 10%, 43% agar barang barang anda dibeli oleh purchasing?

Hal ini sudah menjadi sangat lumrah di negara ini. Sehingga praktek suap, praktek komisi, praktek “diskon” atas APBN, praktek memberi uang tanpa kwitansi, kita sebut sebagai uang lelah. Bukan korupsi. Mata kita menjadi buta, bahwa uang itu bukanlah hak kita. Tidak ada kwitansinya. Anda tidak membayar pajak atas pendapatan tersebut. Artinya itu bukanlah milik anda, tidak resmi. Korupsi. Pencurian. Mengambil yang bukan hak anda, dan memiliki persepsi, bahwa itu adalah hak anda.

Bayarlah pajaknya, jika anda dapat membuktikan bahwa uang itu adalah hak anda.

Memakan yang bukan makanannya, adalah karakter babi, demikian juga dengan mengambil yang bukan haknya.

Lebih lanjut lagi.

Berapa banyak anda melakukan praktik perbabi-an ini, mendapatkan keuntungan dari praktik perbabi-an ini, lalu pergi naik haji atas keuntungan praktek per-babi an ini? Berapa banyak dari anda yang menggunakan jasa travel agent yang menyuap oknum departemen agama agar anda tidak masuk daftar tunggu naik haji? Bagaimana mungkin anda pergi haji dengan menggunakan uang korupsi? Untuk menyucikan dosa tapi menyimpan uang hasil dosa di rekening anak istri / suami anda? Berapa banyak dari anda yang terlibat praktek suap menyuap ini tapi berjilbab? Berbaju koko? Duduk di shaft pertama mushola? Duduk di kursi paling depan di gereja? Melayani jemaat?

Itu baru soal makan makanan bersih dan makanan kotor. Saya tidak membahas perilaku sex. Saya sudah muak. Saya sudah melihat betapa banyak pelaku kebijakan purchasing, melakukan kesepakatan pembelian di karaoke room. Yang kemudian dilanjutkan ke private room, untuk menikmati tubuh para pelacur, yang dibayari oleh supplier.

Kembali pada keharaman babi tadi.

Daging babi tidak lagi memiliki kekuatan yang cukup untuk mempengaruhi karakter manusia. Karena dengan atau tanpa makan babi, perilaku manusia sudah mirip dengan perilaku babi. Bedanya, manusia memiliki akal dan kecerdasan, sedangkan babi tidak.

Jadi mana yang lebih haram?

Mengontrol makanan yang kita konsumsi menolong, tapi bukan yang utama. Yang utama bagi kita adalah kemampuan menguasai nafsu. Jihad nafs.


- Esther Wijayanti -

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun