"Mas Eko, saya nilai sampeyan ini tidak konsisten dalam menulis" "Maksudnya?" "Saya ikuti semua tulisan sampeyan di berbagai blog dan saya temukan ketidak konsistenan mas Eko" "Contohnya apa mas?" "Di sebuah artikel mas Eko bilang
telkomsel adalah provider internet yang bisa diandalkan, tapi di artikel lain, tiba-tiba mas Eko bilang
pakailah AXIS agar
eksis di internet. Mana yang benar mas?" "Hahahaha..... itu awal muawal tuduhan ke aku ya mas?" "Awal muawal itu bahasa dari mana mas?" "Wah sampeyan kok kritis banget hari ini sama aku. Awal muawal ya bahasa yang begitu saja keluar dari mulutku, maksudnya ya asal muasalnya ..." "EYD mas, mas Eko harus jadi blogger yang memperhatikan masalah EYD. Ingat tahun 1978 dulu mas Eko pernah dapat pena emas karena telah memakai bahasa Indonesia dengan benar. Mari kita
hargai Bahasa Indonesia mas" "Hahahaha.... penanya sudah kujual mas. Maklum sedang
sekeng, hahahaha..." "Nah mas Eko makin hari makin tidak berbahasa Indonesia dengan baik dan benar" "Oke, tak jelaskan dulu masalah provider internet yang sering kutulis ya. Soal
sekeng adalah soal aku butuh duit waktu itu, jadi kita lupakan saja" "Oke mas. Silahkan dijelaskan" Sambil tetap tersenyum aku mencoba menjelaskan mengapa aku menulis di berbagai artikel pada beberapa blog tentang provider internet dengan tema bahasan yang berbeda. "Pertama soal
telkomsel. Kartu ini dipasang di Samsung SII Android. Ponsel ini dipilih karena mudah dibawa, cukup lengkap fiturnya dan bisa menjawab segala keperluanku kalau aku sedang travelling dimanapun" "Kenapa
telkomsel, bukannya mahal?" "Kalau urusan komunikasi, maka mahal sudah tidak jadi filter pertama. Aku pilih
telkomsel karena paling luas jaringannya dan bisa kupakai dimana saja" "Sampeyan kaya ya?" "Bukan kaya mas, tapi ada yang mbayari kartu ini. jadi kenapa tidak. Iya kan?" "Oke lanjutkan. Alasan
telkomsel bisa diterima. Kalau
AXIS?" "Aku pasang
AXIS di blackberry untuk keperluan membaca imil dan aku tidak perlu kartu yang bisa hidup dimana saja. Sinyal kartu
AXIS boleh tidak ada tapi aku masih bisa online dengan Blackberry karena ada mobile hotspot yang kupasang di ponsel Android" "Kenapa
AXIS? Kok tidak yang lainnya?" "Harganya murah dan fasilitasnya sudah memenuhi kebutuhanku. Tidak perlu kencang banget dan tidak perlu ada dimana-mana. Yang penting hidup dan bisa membantuku menerima imil. BB memang paling efektif untuk menerima dan membaca imil" "Kenapa pilih yang murah?" "Hahaha... karena tidak dibayari orang lain" "Kalau
XL mas?" "Aku punya dua kartu XL yang kupasang di
Iconia dan Ipad2. Aku pilih XL karena murah meriah. Yang satu berlaku selama setahun dan yang satunya berlaku tiga bulan" "Kenapa pilih kartu yang murah untuk gadget yang justru mahal?" "Ipad2 lebih banyak untuk twitter dan presentasi, sedangkan
iconia lebih banyak FB dan nyetel musik. Jadi kenapa perlu yang mahal dan kencang?" "
Iconia hanya untuk nyetel musik?" "Iya. Keunggulan
iconia adalah fasilitas musiknya yang sudah dolby system" "Masak beli iconia hanya untuk dipakai nyetel musik?" "Bukan beli mas. Itu hadiah untuk
blog mie sehati yang memenangkan
lomba apresiasi blogger dalam rangkaian acara Acer ON|OFF di Jakarta" "Oke mas. Kalau smartfren? Kulihat mas Eko sering bercerita juga tentang smartfren" "Wah kalau yang ini rahasia perusahaan mas" "Kenapa?" "Istriku pakai fren jadi aku wajib pakai smartfren mas" "Wis mas, aku pulang dulu. Pusing mendengar cerita sampeyan tentang kartu telepon" Kamipun berjabat tangan dan saling menatap penuh aroma persahabatan. Pertemanan yang indah selalu membuat suasana obrolan menjadi hangat dan meskipun penuh ucapan yang kadang terdengar kasar tapi tetap saja ada nuansa keakraban dalam obrolan itu. Kudengar sayup sayup sebuah lagu, "That's What Friends Are For" dan kurebahkan diriku di sofa empuk sambil mendengarkan lagu itu. Lewat
aplikasi PATH kutuliskan perasaanku saat ini.
KEMBALI KE ARTIKEL