"Apapun pilemnya yang penting kopdarnya" Itulah kalimat penyemangat bagi mereka yang ingin kopdar di gedung bioskop. Saat ini memang banyak pilihan untuk nonton film. Mulai dari Action Brutal nan sadis
Expendables sampai action Nasional Darah Garuda (2). Ada juga film yang luar biasa indahnya
"Sang Pencerah". Semuanya ditayangkan di XXI Mega Bekasi Mall. Anggota Komunitas Blogger Cikarang tentu punya selera masing-masing yang berbeda, jadi ketika ajakan nonton bareng dilempar ke milis, maka pertanyaannya adalah "film apa yang mau ditonton?" Jawabannya juga jelas "Apapun pilemnya yang penting kopdarnya!" Begitulah yang terjadi. Aku nunggu teman-teman sambil makan bakso di dekat XXI Cinema. Ketika sedang asyik makan bakso mas Aris sudah mencuri mengambil gambarku dan kitapun terlibat dalam kopdar seru membahas program Beblog ke depan. Tentu dengan karcis yang berbeda di kantong masing-masing. Aku malah sempat mempengaruhi mas Yulef yang baru saja keluar dari studio 1. "Mas Yulef sudah nonton Lukman Sardi jadi KHA Dahlan, yuk nonton Lukman Sardi sebagai Amir di
Darah Garuda yuk". Jadilah aku nonton film action
Darah Garuda (2) ditemani mas Yulef. Sepanjang film diputar kulihat mas Yulef sering tertawa sendiri melihat tingkah Darius yang selalu mikir masalah perut, masalah mabok-mabokan atau masalah cepet-cepet lari dari medan pertempuran. Beberapa adegan di film ini memang mirip film Rambo. Hanya saja kalau Rambo (Stallone) digambarkan sebagai prajurit ahli strategi dan siap bertempur di medan perang yang seperti apapun, maka Amir (Lukman Sardi) digambarkan sebagai lelaki kecil yang santun namun penuh perhitungan dan kepasrahan pada kekuasaan Tuhan. [caption id="attachment_262881" align="aligncenter" width="500" caption="sumber gambar :
http://www.vibizlife.com"][/caption] Bagi mereka yang baru saja nonton film KHA Dahlan (
Sang Pencerah), mungkin agak bingung dengan tokoh Amir yang diperankan oleh Lukman Sardi sang pemeran KHA Dahlan. Dua-duanya pejuang Indonesia yang religius. KHA Dahlan lebih ke arah pendidikan dan Amir lebih ke arah film action ala Rambo. Bagaimana tidak, meskipun Amir bediri sendirian di depan gardu dan menembaki musuh yang berlindung di balik benteng perlindungan tetapi Amir tidak lecet sedikitpun dan bahkan bisa menembak mereka yang bersembunyi dibalik barikade pelindung. Nonton film Indonesia memang selalu ada cacatnya, tetapi kalau dibanding dengan film pocong sexy atau semacamnya, jelas misi dari film ini lebih mendidik dan lebih bisa dinikmati jalan ceritanya. Bandingkan dengan film hantu atau semacamnya yang tidak mementingkan jalan cerita tetapi lebih mementingkan kecantikan pemainnya dan keseraman adegannya. Adegan perang di film ini cukup menghibur dan demikian juga adegan peledakan dimana-mana yang ditampilkan dengan sangat apik. Serasa nonton film ala Rambo atau semacamnya. Kualitas gambar dan suara sangat bagus. Sound system gedung yang memakai dolby system juga mendukung banyak adegan perang yang bertebaran di sepanjang film. Tidak perlu lagi nonton film perang dari Hollywood cukup sudah menonton film ini sudah sama rasanya. Dari sisi teknis, film Indonesia sekarang memang tidak berbeda jauh dengan film luar negeri. Perkelahian dalam film Indonesia sudah bisa bersaing dengan perkelahian ala film mandarin demikian juga adegan perang sudah bisa menyaingi film Hollywood. Jalan cerita, tidak usah ditanya lagi. Banyak film Indonesia yang punya cerita yang membumi, sehingga pesannya lebih mudah sampai dibanding film luar negeri yang pesannya (mungkin) lebih bagus tetapi nuansanya sosialnya sangat berbeda. Film Sang Pencerah jelas sangat kuat di sisi cerita maupun pengadegannya, bahkan seorang Ketua Umum Muhammadiyah sampai nonton 6x dan masih ingin nonton lagi. Film
Darah Garuda ini tampil dengan warna lain dibanding film Sang Pencerah. Sisi action digarap lebih menonjol dan pemandangan alam Indonesia yang asri terlihat ditampilkan dalam beberapa scene. Ceritanya sendiri berkisar pada kepahlawanan beberapa prajurit yang sebenarnya tidak semua ingin jadi pahlawan. Mereka menjadi pahlawan karena "kecelakaan" bukan karena berniat menjadi pahlawan. Hanya Amir dan Dayan yang terlihat memang dilahirkan sebagai sosok pahlawan. Dayan rela disksa mati-matian demi menjaga rahasia misinya dan tidak pernah takut akan maut yang siap menjemputnya karena sikap kepala batunya. Nasib membuat Dayan harus jatuh bangun demi membela negara dan semua itu dijalaninya dengan semangat pantang menyerah. Andai semua pahlawan negara seperti Dayan, maka negara kita mungkin sudah merdeka sebelum tahun 1945, begitu komentar seorang temanku, karena sangat terkesan akan semangat para pejuang yang tanpa pamrih itu. Tomas (Donny Alamsyah) pemuda non Muslim yang sempat dicurigai sebagai penghianat ternyata malah mampu membalikkan suasana. Tomas sukses meledakkan markas besar musuh yang sedang tidak dijaga banyak tentara. Adegan ini terlihat mirip adegan Rambo saat berhasil meledakkan gudang senjata musuh. Darius yang memerankan Marius terlihat sebagai anak orang kaya yang sebenarnya tidak suka perang tetapi kondisi membuatnya ikut berperang. Yang ada dalam pikiran Darius hanyalah makan, mabok dan lari dari medan perang. Sutradara telah merangkai berbagai karakter itu menjadi satu kesatuan yang utuh dan untuk ini sutradara patut diacungi jempol. Meski secara keseluruhan film ini masih dibawah Sang Pencerah, tetapi film ini tetap masuk dalam deretan film layak tonton. Aku cinta film Indonesia dan aku tonton film Indonesia yang bermutu. Inilah salah satu film yang bermutu dari Indonesia.
Darah Garuda! +++ Pingin lihat contoh pilemnya? Silahkan nikmati disini.
KEMBALI KE ARTIKEL