"Sragen? Ada nggak ya di peta?" Itulah seloroh khas mas Nukman, saat membedah eGoverment di acara Amprokan Blogger 2010 Bekasi, 7 Maret 2010 lalu. Referensi Mas Nukman yang sangat luas ditambah komunikasi yang terjalin dengan begitu cair membuat sesi eGoverment di acara ini meresap kuat di benak audience. Teristimewa audience dari Pemkot, pasti mereka akan lebih merasakan manfaat dari materi ini. Sentilan yang sangat pedas yang disampaikan oleh Mas Nukman pasti sampai ke telinga pak Walikota dan itu akan membuat acara ini punya manfaat yang nyata. Terlihat bahwa Bekasi sangat memerlukan peran blogger untuk mendukung citra Bekasi secara umum dan citra Pemkot secara khusus. "Para pengunjung website Bekasi, datang berkunjung bukan untuk melihat foto-foto atau gambar yang tidak ada hubungannya dengan citra Bekasi. Foto Kantor megah Pemkot bukan yang mereka cari. Mungkin lebih pas diganti dengan gambar TPA yang jelas-jelas merupakan ikon Bekasi" "Tunjukkan data atau gambar yang mewakili Bekasi. Bisa berupa grafik pertumbuhan ekonomi Bekasi. Apapun yang ditampilkan jangan sesuatu yang ingin kita tampilkan tetapi adalah sesuatu yang ingin didapat oleh pengunjung website Bekasi" Presentasi model mas Nukman memang terasa segar, karena tidak ditampilkan dalam bentuk power point tetapi dalam bentuk "online". "Mari kita tulis kata Bekasi di mesin pencari mbah Gugel. Apa yang terlihat?" "Coba bandingkan dengan kata Sragen di mesin pencari yang sama" Terlihat bahwa kata Sragen lebih mencerminkan apa yang ingin dicari oleh para pencari kata Sragen dibanding dengan kata Bekasi. Bila di"klik" lebih lanjut, maka pencarian kata Bekasi di website Indonesia akan berlanjut ke situs milik Kota Bekasi dan Kabupaten bekasi di halaman awalnya. Ini tentu suatu hal menggembirakan, meskipun wajar karena dicari di mesin pencari dengan akhiran co dot id. Hasilnya tentu akan berbeda bila dicari dengan mesin pencari yang berakhiran com. Bila sang pencari terus penasaran dengan kata Bekasi, maka dia akan melakukan klik di beberapa tautan yang dianggap cocok dengan apa yang dicarinya. Sayangnya situs milik Kota Bekasi maupun Kabupaten Bekasi benar-benar tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Berdasar statistik, maka para pencari informasi di sebuah situs akan mempunyai pola huruf "F". Benar atau tidaknya statistik ini, hanya mas Nukman yang bisa menceritakannya, namun bagi audience hal itu tidak penting-penting amat. Menurut pola "F" tersebut, maka para pembaca akan membaca mulai dari kiri ke kanan dan kemudian dari kiri lagi ke bawah. Yang terlihat pertama kali oleh para pencari kata Bekasi adalah gedung Kantor yang megah dari Pemkot Bekasi, tentu ini bukan sesuatu yang dibutuhkan oleh para pencari. Mereka butuh seswuatu yang bisa membuat mereka paham soal Bekasi, terutama sesuatu yang sesuai dengan minat mereka. Minat para pencari ini bisa banyak hal, misalnya masalah perekonomian, wisata, sosial dan hal-hal lain yang membuat mereka ingin datang ke Bekasi, baik sebagai pemodal, sebagai turis atau sebagai referensi mereka saat menulis tentang kota Bekasi. Inilah yang harus digarap oleh pemilik situs. Segera ganti gambar Gedung itu dengan gambar lain yang lebih mencerminkan ikon kota Bekasi. "Dari sisi disain. Situs Kota Bekasi boleh kita beri nilai 8 dari 10. Enak dipandang, artistik dan proporsional, namun dari sisi konten, nampaknya perlu ditingkatkan lagi". Bila para pencari kata Bekasi masih penasaran, maka mereka akan terus mencari tautan yang berhubungan dengan kata Bekasi dan akhirnya mereka sampai juga pada sebuah situs seorang blogger yang menulis tentang Bekasi. Saat ini kepercayaan orang terhadap sebuah institusi atau badan resmi lainnya masih tetap di bawah kepercayaan masyarakat terhadap tulisan sdeorang blogger, sehingga bisa dipastikan sang pencari akan mencari tulisan seorang blogger yang bercerita tentang kata Bekasi. Alhamdulillah, sampailah mereka pada
tulisan seorang blogger yang kebetulan menulis hal-hal yang baik tentang Bekasi. Disini terbukti bahwa tulisan tentang Bekasi yang dibuat oleh para blogger masuk juga dalam pencarian kota Bekasi. Penulisnya kebetulan adalah
wakil ketua komunitas Blogger Bekasi, sehingga tulisannya tentang "Bekasi Peduli Aids" bisa dipertanggung jawabkan. Bisa dibayangkan kalau yang tertangkap mesin pencari adalah tulisan dari seorang blogger yang sedang sakit hati dengan kota Bekasi, atau sedang patah hati dengan Gadis dari Bekasi atau yang bermasalah dengan kota Bekasi, tulsiannya bisa dipastikan tentang hal-hal negatip bagi Bekasi. Bila kita berasumsi bahwa pencari kata Bekasi adalah seorang dari luar Indonesia, maka ada kemungkinan dia akan mencari memakai mesin pencari dengan akhiran dot com. Dengan mesin pencari itu, maka yang muncul bukanlah sebuah tulisan tentang kebaikan kata Bekasi tetapi adalah seuatu hal yang cukup negatif tentang kata Bekasi. Silahkan dicari sendiri, karena isinya tidak laik tampil disini. Idealnya bila kita mencari sebuah kata Bekasi di sebuah mesin pencari aka yang ditunjukkan adalah seperti yang ditunjukkan saat mencari kata Sragen. Hal ini hanya dimungkinkan kalau banyak orang menulis tentang Bekasi dan itu hanya bisa dilakukan bila Pemkot memanfaatkan para blogger yang bertebaran di Bekasi ini untuk menulis tentang Kota Bekasi. Bila pemkot mengundang puluhan wartawan untuk bercerita tentang sebuah topik, maka akan muncul tulisan sejumlah wartawan yang menulis dan dengan isi yang hampir 99,9% mirip isinya. Akan berbeda dengan bila yang diundang adalah para blogger sejati, dari 20 orang blogger sejati yang diundang bukan tidak mungkin ada 10 tulisan yang berbeda meskipun mereka menyoroti suatu hal yang sama-sama mereka ikuti dan itulah yang telah dilakukan para penggiat IT di Kota Sragen, merkea memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk menulsi tentang Sragen. Audiencepun tertawa terbahak-bahak ketika mas Nukman menyalami wakil dari Pemerintah Sragen yang hadir pada acara ini. "Sragen yang tadinya dilecehkan ternyata jauh lebih unggul dalam dunia maya dibanding Bekasi" Bravo buat mas Nukman dan selamat buat Mas Dwi, wakil dari Sragen. +++ artikel terkait :
Saat Rumah Walikota Bekasi menjadi Rumah Rakyat Indonesia
KEMBALI KE ARTIKEL