Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Mengulik Tradisi Munggah Molo di Masyarakat Jawa

3 Januari 2023   12:58 Diperbarui: 3 Januari 2023   13:27 8178 0
Tradisi munggah molo adalah tradisi yang dilakukan masyarakat jawa saat dinaikannya atap pada proses pembangunan rumah. Munggah merupakan kata dalam bahasa jawa yang berarti"naik"dan Molo berasal dari kata "polo" yang berarti kepala. Masyarakat jawa masih mempercayai bahwa, dengan dilaksanakannya tradisi ini diharapkan para keluarga dan tukang diberi keselamatan sehinggarumah berdiri kokoh. Tradisi ini tidak bisa dilakukan pada sembarang hari, para pemilik rumah harus bertanya kepada sesepuh untuk menentukan pada hari apa munggah molo dilaksanakan.

Ada beberapa hal yang perlu disiapkan dalam tradisi ini. Pemlik rumah harus mengadakan syukuran / hajatan yang dihadiri oleh tetangga sekitar, termasuk para tukang serta dihadirkan seorangsesepuh untuk memimpin tradisi munggah molo. Syukuran ini biasanya diisi dengan tahlilan dansholawat bersama. Setelah itu, pemilik rumah akan menyiapkan beberapa menu makanan seperti jajanan pasar,jenang delapan rupa, pisang, ayam ingkung ,tumpeng.

Apabila syukuran telah dilaksanakan, selanjutnya beberapa barang (uborampe) diikatkan ke kayu penyangga atap (blandar). Ubo rampe sendiri terdiri dari tebu manten bermakna agar pemilik rumahsenantiasa menanam kebaikan, satu ikat padi yang bermakna agar keluarga terpenuhi kebutuhanpangannya, dua buah kelapa gading yang bermakna agar manusia memiliki manfaat dalam kondisiapapun, bendera merah putih bermakna menunjukan kecintaan pada tanah air, salah satu pakaiankeluarga bermakna agar keluarga dicukupi kebutuhan sandang, payung bermakna melindungi darimarabahaya, stagen(bengking) bermaknaagar pemilikrumahberumurpanjang.

Selain itu ada kain putih yang diikatkan ditengah-tengah kayu blandar dan dipaku menggunakan paku emas, paku emas sendiri bermakna memberikan kekuatan pada rumah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun