Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Bangkok Shutdown, Jokowi Stand By, Anas?

16 Januari 2014   14:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46 1424 22

Propaganda cemerlang dilakukan kelompok oposisi Thailand yang ingin menjatuhkan pemerintahan Yingluck Shinawatra. Meminjam istilah “shutdown” yang lazim tertera di komputer, para pengunjuk rasa menyebarkan propaganda “Bangkok Shutdown” untuk mencapai tujuan mereka.

Dalam demo sebelumnya diketahui pengunjuk rasa hanya mengenakan kaos kuning sebagai seragam khas kelompok oposisi, maka dalam demonstrasi terbaru para pengunjuk rasa juga membawa bendera kebangsaan dan pluit.

Bendera kebangsaan, menurut saya, mungkin dibawa sebagai simbol kecintaan mereka terhadap Thailand sebagai negara yang tak pernah dijajah, dengan simbol itu juga mereka ingin membebaskan Thailand dari ‘jajahan’ dinasti Shinawatra. Pluit mungkin sebagai pertanda bahwa kekauasaan Dinasti Sinawatra mulai memasuki detik-detik akhir dalam pertandingan politik di "negeri 1000 Pagoda" tersebut. Jika rakyat Thailand sudah sepakat untuk memilih Shutdown, maka militer mau tak mau mungkin meminjam pluit kelompok oposisi dan membunyikannya sebagai pertanda pertandingan politik sudah selesai.

Istilah Shutdown sendiri dalam dunia komputer merupakan tombol yang berfungsi untuk mematikan komputer secara keseluruhan. Saat kita memilih Shutdown, maka semua komponen komputer melipiti RAM, hardisk, prosesor dan lain-lain akan terputus aliran listriknya. Pilihan ini membuat memori komputer (RAM) kosong. Butuh waktu lama untuk me-load sistem.

Pilihan shutdown diambil oleh pengunjuk rasa mengingat dinasti Shinawatra sudah menguasai berbagai aspek kehidupan di Thailand. Mereka ingin segera "Shutdown" mematikan semua sistem operasi di Thailand yang berkaitan dengan keluarga Shinawatra, mungkin dengan bantuan militer, dan selanjutnya meloading sistem berpolitik versi terbaru di Thailand dengan tampilan yang tentu berbeda.

Lalu bagaimana dengan tombol pilihan Jokowi?

Sepertinya Jokowi lebih memilih stand by. Stand by di kampung-kampung kumuh, stand by menunggu vonis pencalonannya. Sikap ini wajar ditempuh. Jika Jokowi terlihat ambisius maka sama saja ia memencet tombol shutdown.

Istilah stand by Pada komputer sendiri berarti komputer tidak dimatikan secara keseluruhan. Semua komponen komputer mati kecuali memori (RAM). Begitu juga Jokowi, jika dia memperlihatkan ambisinya maka dia mematikan karir politik dalam pencapresannya. Dia akan gagal, namun dengan kegalan itu mungkin memori(RAM) publik juga akan mengingatnya sebagai gubernur Jakarta yang paling berhasil. Gagal mencapres, sukses menata ibukota. Sukses mencapres (presiden), tentu gagal menjadi gubernur. Wong gubernur sudah ganti kalau dia jadi presiden.

Jadi Stand by adalah pilihan yang tepat untuk Jokowi tersayang.

Apa kabar Anas Urbaingrum?

Mudah-mudahan Anas sehat selalu dalam proses kasus yang membelitnya. Distribusi Makanannya dari keluarga dan KPK lancar.  Insya Allah tak mengandung bakteri atau virus. Minumnya juga begitu. Segar.

Anas jalani saja hari-harinya dengan ikhlas. Tidur usahakan nyaman. Kata Ustadz jamaah, Tengah malam bangun dan tahajud. Habis sholat subuh mengaji dan selanjutnya menulis buku. Terserah isinya apa. Asal bukan tentang istri saya atau om Arke.

Cuma kalau  boleh menyarankan, sebaiknya Anas mengenang kembali perjalanan hidupnya yang gigih kalah turun ke jalan menentang penguasa orde baru dulu. Sungguh perjuangan yang mulya dan rakyat berbaris patuh mendukung salah satu sang pendobrak ini.

Namun sangat disayangkan, setelah berhasil dengan semuanya, Anas tergoda membangun karir baru di partai yang juga memiliki dewan pembina, sama persis  seperti partai penguasa yang ia tumbangkan. Anas dianggap salah memilih dan salah berhitung.

Dan ketika menjadi pesakitan seperti sekarang, pilihan tombol yang tepat bagi Anas adalah RESTART.

Bacaan Santai :

Ketika Bangkok "Dilumpuhkan"

Bangkok Memanas

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun