Manfaat “Kotak hitam” pertama kali digunakan dalam perang dunia kedua. Alat ini terbuat dari baja khusus yang tahan guncangan dan panas. Fungsi utamanya adalah merekam semua aktifitas yang berkaitan dengan penerbangan dan biasanya ditaruh dibagian depan dan ekor pesawat.
Di era sekarang, fungsi utama dari “kotak hitam” dalam transportasi udara adalah untuk mengetahui penyebab utama kecelakaan suatu pesawat. Di dalam kotak hitam semua data yang berkaitan dengan penerbangan seperti perekam data penerbangan (flight data recorder, FDR) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder, CVR) tersimpan dengan baik. Otomatis jika kecelakaan fatal pesawat terjadi maka yang paling diprioritaskan dicari adalah “kotak hitam” itu sendiri.
Dalam “kotak hitam” tersimpan empat jenis rekaman suara yakni pilot, co pilot, semua suara di kokpit, dan semua suara yang berasal dari kru kabin. Sejumlah parameter lainnya terekam dalam data penerbangan meliputi tenaga udara, kondisi cuaca, kedepatan, ketinggian, arah terbang, tenaga mesin dan lain-lain. Data pendukung inilah yang biasanya dijadikan rujukan untuk menentukan penyebab utama suatu kecelakaan.
Namun walaupun “kotak hitam” sangat bermanfaat sebagai perekam semua kejadian langsung tak langsung dalam suatu kecelakaan, proses untuk menentukan faktor penyebab kecelakaan melalui jasa “kotak hitam” terkendala pada waktu. Terutama bila diharuskan menganalisis data penerbangan. Prosesnya sangat rumit dan terkadang memerlukan waktu bertahun-tahun. Sedangkan publik, terutama keluarga korban kecelakaan pesawat, terkadang tak sabar ingin mengetahuipenyebab utama.
Lamanya proses tersebut membuat publik terkadang melontarkan wacana negatif tentang rekayasa hasil penyelidikan dan sebagainya. Hal ini menjadi alasan utama bagi para ahli penerbangan dan komunikasi untuk memasukan “kotak hitam” ke musium dan menggantinya dengan teknologi lain yang akurat dan praktis.
Desakan agar peranan “kotak hitam” dimaksimalkan atau diganti dengan teknologi baru muncul pasca kecelakaan yang menimpa Air France pada Juni 2009 yang menewaskan 228 orang. Proses pencarian "kotak hitam" Air France saat itu memerlukan waktu hampir 2 tahun. Penyelidikan data rekaman penerbangan sendiri memerlukan waktu berbulan-bulan. Belum lagi banyak kasus sulitnya menemukan “kotak hitam” pada pesawat yang mengalami kecelakaan dan tenggelam di laut dalam. Hilangnya perangkat yang merupakan kumpulan bukti ini menyebabkan penyelidikan suatu kecelakaan terkadang dihentikan sehingga keluarga yang menjadi korban banyak yang mendesak agar peran “kotak hitam” digantikan teknologi lain. Para ilmuwan dan ahli penerbangan turut merespons keinginan ini.
Salah satu metode yang diusulkan oleh para ahli adalah mengunakan teknologi wifi. Dengan bantuan satelit, diharapkan kelak akan ada transmisi data secara otomatis dari pesawat ke otoritas terkait sehingga bila pesawat mengalami gangguan atau kecelakaan maka proses penyelidikannyalebih menghemat waktu. Hal ini menepis juga kecurigaan publik bahwa data yang didapat dari “kotak hitam”selama ini seringkali direkayasa oleh otoritas penerbangan, maskapai atau negara-negara tertentu dengan motif politik, ekonomi dan sebagainya.
Yang jelas, walau nanti peranan “kotak hitam”diambil alih oleh teknologi wifi atau apapun bentuknya, hak-hak penumpang selama berada di pesawat tetap dijunjung tinggi. Jangan sampai teknologi yang digunakan nantinya membuat penumpang takut untuk berbicara karena ketatnya pengawasan dari satelit melalui teknologi tersebut.
Dari Berbagai Sumber