Sebenarnya urusan siapa yang akan mendampingi Ahok sebagai Gubernur Bukan Urusan Saya. Ahok bukan gubernur saya. Gubernur atau tidaknya Ahok sama sekali tak da pengaruhnya bagi saya pribadi. Namun mengingat Ahok adalah pemimpin lokal yang bercita rasa nasional, tak urung penulis terjadang mesti berani menyoroti Ahok alakadarnya.
Alhamdulillah, selama menulis di kompasiana, saat mengulas kiprah Ahok, soal etnis dan keyakinan, sampai detik ini bleum pernah dijadikan bahan oleh penulis untuk mengkritik atau membela Ahok. Nggak ada kaitannya. Yang suka mengkaitkan itu sebenarnya sudah memelihara bibit-bibit intoleran dalan hati masing-masing. Jadi saya nggak mau terbawa arus. Takut tenggelam karena kebodohan diri sendiri.
Dan hari ini, Rabu (17/12/2014), kembali saya menulis tentang Ahok, namun tidak berkaitan dengan dirinya pribadi, tapi menyangkut seseorang yang telah resmi disunting Ahok untuk mendampinginya dalam mengemban tugas politik kawin kontrak. Lelaki yang beuntung itu bernama Djarot Saiful Hidayat, mantan pejabat tinggi yang sukses memimpin Blitar selama dua periode.
Pilihan Ahok terhadap Djarot memang tepat. Selain soal pengalaman, Ahok menegaskan bahwa dengan pilihannya tersebut ia telah membuktikan diri sebagai seorang pemimpin yang bebas intervensi. Ketegasan inilah yang membuat Gerindra dan PDIP gagal meyakinkan Ahok untuk memilih salah seorang calon pengantin mereka. Ketua DPW Gerindra terdiam dengan putusan Ahok. Ketua DPD PDIP Jakarta terpaksa bungkam karena si pemilik partai lebih menyukai pilihan pria asal Belitung ini.
Sebalinya bagi Djarot, menerima lamaran Ahok bukan perkara enteng. Dia sadar aral rintang dari berbagai penjuru akan menyertai duet mereka dalam membenahi ibukota. Dari sudut kanan pelaminan, barisan parlemen yang kontra Ahok sudah siap mengkritisi kebijakan mereka. Di Sudut kiri masih banyak berseliweran orang-orang yang tidak suka Ahok namun memilih untuk diam. Nun di depan pelaminan, para undangan baik resmi maupun tak resmi sudah bersiap untuk mengompori duet mereka agar cepat retak, jatuh talak dan berakhir perpisahan tengah jalan. Belum lagi tipikal Ahok yang ceplas-ceplos. Kalau Djarot tak sabar saat mendampingi Ahok, awas saja kena semprot dibalai kota, itupun kalo Djarot benar-benar tak becus di mata Ahok.
Menimbun persediaan rasa sabar mesti dilakukan oleh Djarot mulai sekarang. Kalau enggak, siap-siap berakhir di pengadilan politik yang berujung perceraian. Seseram itukah? Ah, Bukan Urusan Saya.
Sumber :
Djarot Saiful Resmi Jadi Wakil Gubernur DKI