Dalam sebuah kampung, interaksi sosial terkadang tak bisa berjalan mulus. Ada sekat-sekat yang dapat membatasi pola interaksi tersbut. Misalnya seorang warga yang berprofesi PNS atau buruh serabutan, terkadang interaksi mereka sesama warga berkurang. Waktu mereka direnggut oleh berbagai kesibukan demi memenuhi atau kebutuhan hidup. Pergi pagi pulang petang, sore hingga lepas isya bercengkerama dengan keluarga. Habis itu bersitirahat dan mulai memikirkan apa yang akan diperbuat esok hari. Kalaupun mereka ingin berinteraksi, terkadang mesti lihat-lihat orang dulu. Seorang PNS memilki kecenderungan ngobrol dengan tetangga yang berikiran menengah ke atas. Mereka agak sungkan bergabung dengan masyarakat bawah yang sering nongkrong di warung kopi sambil main gaple.