Beberapa hari lalu saya pulang ke kampung kelahiran saya. Karena terlalu mendadak dan tanpa pemberitahuan, Simbok dan Pak'e tidak menyisakan sedikitpun makanan buat saya. Alhasil saya dipaksa “jajan” di luar sama Simbok. Wihhh … padahal saya sudah ngeces membayangkan lodeh dan sambel terinya simbok yang tinggal sisa-sisa. Tapi yo wes lah gak po po, masih ada Mie Ayam Kang Basari, mie ayam langganan saya kalo pulang kampung. Saya segera bergegas dengan vespanya Pak’e, karena dari siang belum ada satupun makanan yang njenguk di lambung saya (saya sengaja memakai kata njenguk karena makanan hanya mampir sebelum ia ditransformasi menjadi ta*, he he he he).