Perdamaian bisa disemai dari kata-kata. Pun, rekonsiliasi. Antara dua bangsa: si penjajah dan si terjajah. Si penjajah pun tertekuk di depan kata setelah waktu lebih dari separuh abad bergulir. Bagaimanapun, kata tetap berkedigdayaan. Bahasa senantiasa memiliki magika bila ia jadi penghantar suara nurani. Suara kejujuran dan kebenaran.