Mata Bowo nyaris tak berkedip saat menatap sebuah patung polisi yang ada di perempatan tepatnya di seberang sebuah toko buku terkenal (maaf gak bisa saya sebutkan namanya). Begitu lampu hijau menyala, barulah ia mengalihkan pandangannya jauh ke depan, sambil menggeber gas motor bututnya, lalu meninggalkan patung polisi yang dari dulu sampe sekarang masih aja betah berdiri di depan toko buku Gramedia (yah keceplosan deh).
Sesampainya di rumah, hal pertama yang dilakukannya adalah mencari simboknya. Dengan langkah yang terburu-buru, dicarinya simboknya itu sambil berteriak memanggil-manggil namanya. “Poniyem..!!! Poniyem..!!!” *PLAK!! Dasar anak durhaka kamu.
“Ada apa to Wo..??” tiba-tiba suara merdu simboknya mengagetkan pemuda itu.
“Ayam ayam ayam..” ucap Bowo seperti orang latah.
“Ayamnya kenapa Wo??” teriak simbok cemas.
Alih-alih menjawab pertayaan simboknya, ia justru memegang tangan kanan simboknya lalu mencium punggung tangan yang keriput itu. Orang tua itu tentu saja bertanya-tanya dalam hati, ada apakah gerangan dengan anakku yang satu ini??
“Doakan anakmu Mbok. Aku ingin bikin simbok bangga…”
---------
Sore harinya, Bowo pergi ke rumah Heru, temannya yang berprofesi sebagai pematung. Temannya itu hanya manggut-manggut saja ketika Bowo mengutarakan apa keinginannya. Dan tak berapa lama, Bowo pun keluar dari rumah temannya itu dengan perasaan puas.
Beberapa minggu kemudian, sebuah patung seukuran tubuh orang dewasa berdiri dengan gagahnya di sebuah perempatan jalan yang menjadi perbatasan kampungnya Bowo. Patung berbahan semen itu berwarna hitam, bentuknya menyerupai seorang petani yang sedang memanggul cangkul. Dan di dada kanannya tertulis nama : Bowo bin Poniyem.
Beragam reaksi ditunjukkan para pengguna jalan yang melihat patung tersebut. Ada ibu-ibu yang terbengong-bengong, ada beberapa anak remaja yang sibuk memotret, kemudian salah satu dari mereka kemudian memasukkan foto itu ke facebook dengan keterangan, INI DIA PATUNG TERGOKIL YANG PERNAH GUE LIHAT.
Selain itu ada juga seorang mas-mas yang melihat patung itu sambil tertawa mengejek, lalu ada mbak-mbak yang ketahuan mengelus-elus bagian patung (gak usah detail-detail amat ya hehe), dan ada juga seorang bapak-bapak yang malah meludah…ke tanah. Sementara itu tak jauh dari lokasi patung, sepasang mata mengamati ulah mereka dengan perasaan yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Ya di adalah Bowo. Ia merasa sangat bangga sekali, seperti melayang di atas awan, ketika mengetahui kebanyakan dari mereka seperti mengagumi karya temannya itu. Dan untuk mengetahui patung itu tak kenapa-kenapa, ia memutuskan untuk memeriksa patung miliknya di waktu yang sepi.
Dan benar saja, pagi-pagi sekali, Bowo pergi ke tempat di mana patung mirip dirinya berada. Masih kelihatan bagus, tanpa ada cacat sama sekali, gumamnya puas. Berarti banyak orang yang menyukainya, hahaha. Demikian kesimpulan Bowo pagi itu.
Besoknya lagi, saat melakukan hal yang sama, ia sungguh terkejut. Patungnya kini sudah tak sempurna lagi. Tangan kanannya kini telah bunting, eh buntung! Ah gak masalah, masih bersih dan masih berdiri dengan kokoh ini, gumam Bowo dalam hati.
Besoknya lagi, ia memeriksa kembali patung miliknya pagi-pagi sekali. Apakah masih sama keadaannya, atau malah semakin parah. Dan lagi-lagi ia dibuat terkejut.
Dilihatnya patung itu sekarang sudah penuh dengan coretan. Uniknya, coretan itu bukan sembarang coretan. Tapi seperti kata-kata pesan yang ditujukan untuk dirinya. Ia menghitung, ada sekitar 5 coretan yang semuanya berada di badan patung miliknya.
Dengan penasaran, dibacanya coretan-coretan itu satu persatu.
1. Hayo, utangnya segera dibayar!! (warung makan Yu Sastro).
2. Tolong kambing-kambing Anda dijaga yang bener. (ketua RT 5)
3. Bro, patungnya dikasih pakaian. Kasian, kedinginan tuh! (Agus B).
4. Masih bau kencur aja dah belagu lo!!! (Mr.X).
Dan coretan yang terakhirlah yang bikin ia terkejut setengah mati.