Setelah janjian dengan beberapa rekan Blogger Bandung, maka dengan semangat gue pun langsung mendaftar untuk bisa hadir ke acara tersebut.
Gue merasa sangat bersemangat berpartisipasi di acara tersebut, karena selain bisa mendapatkan berbagai ilmu tentang blogging, tapi sebenernya ada alasan terselubung juga sih.
Alasan cemen mengapa gue mengharuskan diri untuk bisa hadir di acara tersebut adalah, karena ada Raditya-Dika-nya.
Ya elah, kayaknya pasti pada mau ngatain gue alay karena udah emak-emak tapi masih nge-fans ama Raditya Dika kan yah? Ya udah di terima-in aja lah.
Alasan mengapa sebenernya gue kagum sama Radit adalah karena dia selalu berhasil menjadi tokoh pioneer atau katakanlah perintis.
Ketika semua orang belum terlalu ngeh tentang dunia blogging, dia udah duluan bikin buku berdasarkan tulisan di blognya.
Ketika orang-orang akhirnya ngeh dan baru mau mulai nge-blog, dia udah merintis ke dunia standup comedy.
Ketika standup comedy mulai marak dan nge-hits, dia pun mulai naik level jadi youtuber lewat Malam Minggu Miko dan akhirnya menjadi movie maker.
Gue kagum dan salut karena dia selalu selangkah lebih maju. Dia berhasil menjadi pendobrak dan perintis sesuatu hal yang baru.
Dan alasan terakhir kenapa ngefans, tentu saja karena dia alay. Samaan kayak gue gitu lah.
Akhirnya gue pun hadir di acara Kompas Kampus yang diadakan di Sabuga Bandung pada tanggal 24 Mei 2015. Sedikit terlambat karena memang lokasinya sedikit jauh dari rumah gue yang antah berantah itu. *antah berantah dibaca : daerah kabupaten*
Di lokasi gue pun bertemu dengan beberapa blogger Bandung yang sudah nongkrong duluan, ada Kang Ali beserta istri, Bang Aswi dan Teh Sri.
Blogging Workshop
Sesi pertama yang gue ikuti adalah mengenai blogging yang mana materinya dibawakan oleh mbak Wardah Fajri atau biasa dipanggil mbak Wawa.
Pada sesi tersebut mbak Wawa menjelaskan tentang asal muasal Kompasiana yang awalnya merupakan sekumpulan reporter yang merasa kurang terpuaskan menulis di media mainstream.
Dan kemudian mbak Wawa menjelaskan lebih lanjut tentang perbedaan antara Citizen Journalist dengan Media Mainstream.
Memang pada saat ini Citizen Journalist yang biasa juga disebut blogger sedang nge-hits karena dikenal dengan tulisannya yang bisa lebih menyentuh sukma karena biasanya terkesan personal atau berdasarkan pengalaman pribadi.
Seorang blogger akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat sebuah tulisan yang sifatnya informatif dengan seluwes dan se-naratif mungkin sehingga pembaca akan merasa tersentuh.
Dan sejatinya membuat tulisan yang informatif dengan gaya curhat itu tingkat kesulitannya hampir sama dengan menonton drama Korea tanpa subtitle.
Kita akan berusaha untuk meraba-raba dan menebak2. Kalau kita menulis dari angle sini, kira-kira pesannya akan tersampaikan dengan baik atau kurang tepat sasaran yah?
Walaupun biasanya blogger tetap melakukan riset atau menerima press release, tapi biasanya hanya menjadi acuan saja sih. Kalau sampai copas langsung dari press release atau google, duh mau dikemanain harga diri lo sebagai seorang blogger cobak? *kibas rambut*
Sampai saat ini sih gue pribadi, masih berusaha untuk lebih luwes lagi dalam membuat sebuah tulisan yang informatif tapi tetap asyik dibaca.
Dan tentu saja berbeda dengan gaya penulisan media mainstream yang akan lebih mengedepankan fakta, informasi dan situasi terkini. Reporter atau penulis berita TIDAK diperkenankan untuk memberikan opininya. Semua harus serba netral dan objektif.
Dan baik citizen journalist ataupun media mainstream tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Kompasiana adalah merupakan wadah yang asyik bagi para citizen journalist atau blogger untuk nangkring dan menyuarakan opininya. Apalagi kompasiana cukup sering mengadakan berbagai acara nangkring dan kontes untuk para kompasianer.
Raditya Dika
Sesi berikutnya yang kemudian gue ikuti adalah acara : Rosi atau Rosiana Silalahi dengan bintang tamu Raditya Dika, Arifin Panigoro dan Fadjroel Rahman.