Beberapa bulan yang lalu, saat ia masih kelas I, ia pernah mengajukan pertanyaan begini; "Om, siapa yang paling preman di Indonesia?".
Saya tak menjawab. Cuma berpikir saja, darimana anak ini dapat konsep preman (“yang ter-“ pula, di Indonesia lagi...)? Beberapa belas detik, saya pun menyerah. Ah paling juga lucu-lucuan, anak kecil ini, pikir saya.
“Om nyerah deh” kata saya. Dia nyengir, sedikit sombong. Barangkali, karena kali ini dia lebih pintar dari omnya.
Beberapa saat dia bilang "POLISI!".
Hah? Saya kaget. Saya bilang kemudian" Alasannya apa Sa?". Dia bingung menjelaskannya sambil terus nyengir. “Ya pokoknya polisi Om! Kemarin...” Dia diam, terus nyengir lagi. Saya menunggu dia membela jawabannya, tapi tetap dia senyum-senyum.
Saya kemudian ngoceh; “Sa, kalau kamu punya gagasan, kamu harus punya alasan rasional untuk gagasan itu”. Dia tetep nyengir, entah dia mikir “apa itu rasional”, atau tak tahulah. “Ya minimal kamu harus mampu menjelaskan kenapa, apa, dimana, kapan dan bagaimana. Gitu...” kata saya.
Beberapa hari kemudian, ketika saya sudah pulang dari rumah kakak. Salsa tertawa penuh kemenangan meminjam telpon bapaknya. Rupanya dia masih dendam...
“Om aku sudah tahu” katanya. “Apa?” tanya saya. "...Aku sekarang tau alasan kenapa yang paling preman di Indonesia adalah polisi. Misalnya ada kecelakaan, kendaraannya kan disita, terus kalau kendaraannya mau diambil kan perlu ditebus, jadi yang dapat uang kan polisi. Jadi yang jadi preman di Indonesia adalah polisi...".
Maaf pak Polisi, begitulah ponakan saya...;)