Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Hu-Hu Adalah Rindu

17 September 2010   03:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:11 141 0
Hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu-hu aku menyebutnya kali ke-21 dan mari menunggu siapa yang akan datang bertamu… Sang guru pernah menyebutnya di sebuah cerita yang akrab di telinga orang Jawa Tentang katak dan ular yang sedang bertengkar berebut hidup dan mati Lalu, hu-hu…! Cerita itu terselip di antara kisah besar raja-raja tanah Jawa Tapi, Siapakah para raja, dan seluruh nasabnya di hadapan urusan mati dan kehidupan? Aku pernah memikirkannya sebagai pelampauan bahasa; tentang betapa munafiknya orang jawa di depan kata Tapi guru dengan sabar mengucapkan demikian: “Sejatining ilmu kanthi laku…” Ilmu bukan kata, dan kata tak berarti apa-apa Ilmu seperti kali yang selalu terjaga…! Bergerak dan berpindah Mengairi tanah, mengairi sawah… Hingga petani bersorak menyanyi : "Yo surak’o surak hiyo!" Di setetes darahku, hu-hu pernah menjadi doa. Pengakuan tertinggi seorang pencari Dengannya, disingkapkan rahasia surga tanpa harus bicara Dengan tetap berteriak bahwa dunia tak berarti apa-apa! Hu-hu itu kejujuran… Hu-hu itu kebisuan…. Hingga suatu ketika, para pencari akan mengerti Hu-hu adalah rindu… Rindu yang berkata hanya dengan sengguk dan air mata Dan lalu, hu-hu-hu… *Pernah dipublish tanggal 24 Mei 2010 dan dipublish kembali disini, demi rindu pada mbahkung di Banjarsari yang damai dalam istirahatnya setelah menghadapi dunia… (terima kasih untuk warisan yang luar biasa ini demi menajamkan rasa dan hati dalam menemukan dan meneguhkan kebenaran untuk kami perjuangkan kembali!).Terima kasih juga untuk Maria-ku, yang menemani menemukan jejak Syattariyah, di sela panas dan hujan Gejayan.... **foto koleksi M. Kumbo Lasmono

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun