Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Semiotika Sego Karak (1)

1 Agustus 2010   18:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:23 137 0

Tahun-tahun 90-an awal, ketika Indonesia belum dihantam krisis moneter, setiap hari minggu Mbah Putri selalu membuat sego karak alias nasi aking. Nasi kering yang kemudian direndam dan dimasak lagi itu kalau ditambah garam sedikit, plus parutan kelapa, tak terbayangkan nikmatnya. Kalaupun tak dibarengi lauk, ia tetap uenak tenan! Soal gizi yang katanya berpengaruh terhadap kehidupan, kami serahkan kepada Tuhan. “Sing penting bismillah!” kata Mbah Putri. Mbah Putri, boleh dikata memperalat agama agar kami tidak minta daging atau telur, tapi toh setelah makan nasi aking saya masih bisa main bola, masih bisa menimba pompa air bak mandi rumah Mbah Putri yang gedenya 1/8 kolam renang dan alhamdulillah wasyukurillah hingga sekarang saya masih ada.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun