Tepat hari ini, pukul menunjukkan hampir tengah malam aku sendirian dikamar. Aku menatap layar ponsel juga laptopku yang memancarkan sinar putihnya. Aku ditemani dengan suara deruan angin dari pusaran baling-baling kipas angin. Bahkan yang terdengar hanya suara lirihku yang terus berpikiran atas apa yang ia katakan untuk menegurku yang salah. Aku tak pernah begini, merasakan sakit ketika ada orang yang mengkomentariku walau aku memang salah kecuali satu lelaki  dia adalah ayahku yang menegurku lalu, aku meneteskan setetes demi tetesan air yang sudah tak kuat aku tampung di pelupuk mata lagi.Â
KEMBALI KE ARTIKEL