"...Ya ampunnn, ya ampunnn, tendangan penggetar jiwa.. Tendangan menghunjam bumi...Akhirnya Persib menyisakan sisi ruang batin nelangsa bagi empat pemain, sang mantan..." "Jebret...jebret""Jeggerrr...aww awww""Melambung jauhhhh....ahayyyy" Barangkali lewat Valentino Simanjuntaklah, bahwa kekayaan akan kosakata dan menjadi diri sendiri sangatlah berharga. Betapa Valentino, yang berprofesi sebagai pengacara, juga pengajar komunikasi, mampu menghadirkan nuansa lain dalam menonton bola, sehingga para penonton ikutan baper . Selain mengisi acara olah raga, Ia juga menjadi presenter acara pencarian bakat pesulap di Trans7, The Next Mentalist, dan Acara kerohanian Kristen di U Channel Indonesia, Embun sepanjang hari. Ia pernah menjadi pejabat sementara CEO dari Asosiasi Pemain Sepak Bola Profesional Indonesia (APPI)
, juga bergabung menjadi anggota dari tim
Indonesia All Star Legend (Indonesia XI) saat melawan AC Milan
Legends (disebut juga
AC Milan Glorie) pada bulan September 2011. Kalau kemarin kemarin, kehadiran Valentino kurang diketahui, ...namun berkat "jebret" dan nuansa sastra yang dihadirkannya, (ciri khasnya), kini bisa dibilang sosoknya banyak yang mencari. Tak ayal lagi, namanya lumayan meroket di jejaring sosial. Apakah gaya berbicara Valentino menyalahi gaya seorang reporter sepak bola...atau komentator olah raga pada umumnya? Seperti biasa, hal hal yang tidak lazim, (Baca: Nyeleneh), pada awalnya memang selalu banyak penolakan, namun lagi lagi, bahwa karakter yang kuat akan menjadi jati diri yang mandiri. Tidak berbeda dengan seorang penyanyi, penyanyi yang bagus, sudah barang tentu di negara kita, banyak sekali...bahkan dapat dikatakan gudangnya penyanyi bersuara emas,...namun lagi lagi penyanyi yang bersuara lain daripada yang lain yang akan mendapat tempat. Keunikan gaya menyanyi dalam negeri dapat diwakili oleh suara emas mas Ebiet G. Ade, sehingga beliau mampu melahirkan rangkaian "Camelia" (Empat buah album Camelia) dan sangat dapat bertahan untuk jangka yang lumayan lama. Atau untuk luar negeri, tentu kita masih ingat penyanyi "Cher", yang pada awalnya tidak dilirik sama sekali oleh produser. Namun, di tangan produser yang pintar dan jeli, jadilah iya penyanyi yang dapat disejajarkan dengan artis yang duluan mangkal. Demikian mahalnya sebuah ciri khas, apalagi dalam urusan komentator, sehingga, dari tahun 80an dulu, saya hanya terkesan kepada sosok Bapak Sambas, dengan suara bas-nya yang sangat khas. Pria kelahiran Bandung tahun 1926 yang memulai karir di RRI ini, sangat piawai menjadi komentator yang disiarkan secara langsung melalui radio. Seperti yang kita ketahui, jaman dulu, tak semua orang mempunyai televisi, sehingga, acara mendengarkan lewat radio menjadi sajian yang sangat dinanti nanti.
KEMBALI KE ARTIKEL