Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Pertengkaran Pramugari Batavia Air Dan Penumpang di Atas Pesawat

2 Desember 2012   23:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:17 2880 10

Penerbangan Batavia Air, FlightY6-712 dengan keberangkatan dariKupang Nusa Tenggara Timur pada tanggal 1 Desember jam 10.25 pagi lumayan membuat pikiran saya agak nervous. Ini sama sekali bukan karena soalmaskapai Batavia Air-nya, melainkan karena, pertama, saya hampir tidak pernah melepaskan cincin pernikahandari jari manis saya sepanjang usia pernikahan dengan suami. Cincin ini tertinggal di rumah di Kupang.  Kedua, Kartu Tanda Penduduk saya ketinggalan  pula. Ketiga, mendung mulai menggelayut di langit Kupang ketika itu, dan terdengar petir. Hujan memang berkah untuk alam, terlebih untuk Nusa Tenggara yang jarang hujan, namun sekali hujan air terdengar seakan dilemparkan dari langit. Saya mendengar sebelumnya, ada penerbangan yang delay mendarat  di Bandara El Tari karena faktor cuaca yang kurang bersahabat.

Saya diantar sopir, karena suami saya menghadiri undangan ulang tahun Polair.  Saya menghubungi suami soal cincin nikah dan KTP, diringi pikiran kekhawatiran saya yang rada aneh ketika itu, telefon tak diangkat. Pikiran berkelana menghubung-hubungkan dengan firasat. Baru kali ini saya demikian gelisah yang sangat, padahal ini bukan kali pertama bepergian naik pesawat seorang diri. Untuk meredam gelisah diatas pesawat ketika baru saja duduk di seat number 26 A, saya SMS seorang sahabat dan bercerita soal kondisi perasaan saya.Saya tidak tahu apa jawabannya, karena HP segera saya matikan. Saya menyadari, ini bukan saat yang tepat untuk SMS mau pun telefon.

Beberapa menit kemudian, seperti lazimnya setiap pesawat akan tinggal landas, ada penerangan informasi tentang keselamatan selama penerbangan dari pramugari, dan salah satunya adalah soal penggunaan HP dan resikonya terhadap penerbangan.Saya tahu benar, berulangkali saya naik pesawat Kupang-Jakarta atau dari Jakarta menuju Kupang, beberapa penumpang masih SMS-an dan telefon, bahkan sampai ketika pesawat sesaat tinggal landas. Jika masih ada sinyal ia masih akan melakukan itu. Beberapa kali naik pesawat dengan maskapai penerbangan yang berbeda, ada pramugari yang menegur sopan, tetapi HP itu ia sembunyikan di tas dan ia tetap sms-an.

Saya terkejut ketika mendengar suara pertengkaran pramugari dan penumpang di atas pesawat yang sesaat akan segera tinggal landas. Seorangpenumpang ditegur oleh pramugari soal penggunaan HP ini, tetapi penumpang keras kepala dengan logat suara Indonesia bagian Timur ini malah balik memarahi dengan keras pramugari tersebut. Danpenumpang ini berteriak soal pelayanan pelanggan (mungkin soal keleluasaan menggunakan HP). Pramugari tersebut hampir menangis menjelaskan soal-soal keselamatan penumpang lainnya dan akibat penggunaan HP tersebut, entah dengan bahasa apa lagi mungkin menerangkankepada penumpang bebal ini. Sontak, seluruh penumpang mengarahkan pandangan ke arah mereka.Saya percaya, jika terjadi sesuatu kepada pramugari ini, semua penumpang akan berdiri dibelakangnya, kecuali penumpang yang 'aneh' ini. Pertengkaran ini kemudian selesai setelah pramugari tersebut berlalu menginggalkan, sementara penumpang bebal ini masih menggerutu. Saya tidak tahu apa yang dikatakannya, karena saya ada beberapa seat di belakangnya.

Masyarakat Yang Sibuk Omong

Satu hari, kami dikunjungi oleh salah keluarga seorang sahabat suami saya, seorang warga negara Amerika keturunan Perancis, ia sengaja ingin berlibur di Indonesia. Kami berjalan bersama keluarganya ketika itu. Di sepanjang jalan ia berkomentar tentang keindahan Indonesia. Tentu saja, Indonesia memang indah. Tetapi,ada yang membuat kami geli kala ia mengajukan pertanyaan yang aneh, konyol sekaligus merasa disindir, "Orang-orang disini sangat sibuk, ya. Saya melihat dimana-mana orang memegang telefon genggam di tangan, sibuk membuat pesan ataubertelefonan." Benar, ini negeri ajaib mister..bahkan sambil mengemudi motor atau mengemudi mobilpun mereka bisa sms-an dengan tangan sebelah, ini pemandangan yang menakjubkan yang tidak akan anda lihat di negerimu.." Tentu, tak aneh apabila orang tetap menyalakan HP di pesawat, jangankan untuk keselamatan orang lain dan keselamatan orang yang lebih banyak, sebagian orang Indonesia bahkan tak memikirkan keselamatan dirinya sendiri, kok.

Sungguh saya sangat salut kepada pramugari tersebut. Kalau perlu, semua pramugari dari semua maskapai pernerbangan di Indonesia seperti dia.Diam-diam dalam hati saya berbicara, "Kalau perlu, sita HP-nya, sampai penerbangan tiba di tujuan dan ambil HP tersebut di kantor maskapai dan entah lah mau diapakan, orang hukum akan lebih tahu soal ini."

Alhamdulillah, pesawat akhirnya mendarat di Cengkareng dengan selamat, dan cuaca di udara pun cukup bersahabat. Di tempat klaim bagasi saya menyalakan HP,sebuah pesan dari sahabat saya masuk, " Ya, gak apa-apa, anggaplah memang hrs begitu yg terbaik. Cuaca selalu berubah, tp gak usah dipikirkan krn kita tak bisa mengaturnya, tidak usah menafsir-nafsir firasat. Serahkankepada Allah semuanya. Smg baik2 aja dan selamat sampaitujuan. ....Tetaplah tenang dan percaya diri." Kalimat yang menenangkan,dalam keadaan saya sudah tak gelisah lagi.

O'ya..ngomong-ngomong, saya lupa memasukan alasan ke-empat yang membuat sayagelisah. Dan kegelisahan ini lumayan permanen setiap kali saya melakukan penerbangan domestik,perilaku penumpang yang biasa masih asyik telefon dan SMS-an ketika tinggal landas sekali pun. Saya tidak tahu, kapan kegelisahan naik penerbangan domestik ini akan berakhir.

Bandung, 3 Desember 2012

Sumber gambar : sultengnews.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun