Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Amicus

23 Mei 2011   14:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:19 125 6

Aku masih menyimpan tentangmu dalam ruang perasaan yang tak bernama.

Atas nama kenangan dan barisan kalimat bersahabat tanpa prasyarat.

Untuk sebuah sentuhan hati yang tak tersingkap dalam timbunan waktu purba yang tak pernah memberi kita kesempatan bertukar kabar.

#

Aku mencarimu dalam atlas tak bertanda. Engkau hilang dalam rimba semesta.

Hanya namamu saja yang tertulis dalam selasar keheningan, dimana angin mengajarkan elegi pagi dalam nyanyi sunyi,  tanpa syair, tanpa nada.

Sekali lagi, dahulu aku sempatkan kembali membaca surat-suratmu dan membaca rautmu, sebelum tampias oleh udara yang menyergap seluruh aksara.

Untuk terakhir kali aku tersenyum untukmu membaca tulisanmu yang menyentuh, “ Barangsiapa buta (hati) di dunia, maka di akhirat ia akan di bangkitkan dalam keadaan buta.“  Lalu seluruhnya larung dalam cengkeraman musim tanpa cuaca.

#

Sahabat,

Andai suatu ketika  empat penjuru angin mempertemukan kitadi ujung senja.

Kala usia tak lagi remaja, kita akan bertukar kerlip pelita menembus gulita. Dalam hening dan bening hati.

Akan kukatakan  dengan senyuman  paling tulus, “ Waktu sedetik saja atau sebait  ucap menyentuh rasa, menyelinap di latar ruh, maka kedalamannya tak akan pernah dapat terpapar dalam kata-kata.”

#

(Jika pun bumi tak memberi isyaratjeda, sahabatku.Engkau telah ada di taman jiwa)

Untuk sahabatku, S.B.T

____

Bandung, Mei 2011

Catatan : Amicus (latin) =Sahabat

~ Ikut-ikutan mas Danny S.R.Wijaya yang suka bikin judul dengan kata “”aneh” ~

Sumber Gambar : www.reekoheek.files.wordpress.com/2008/09.bulan.jpg&img

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun