Melewati jalan Ganesha
dan bersimpuh di Salman
Aku melihatmu diantara bunga bouegenvile
berjalan di iringi lembutnya suara adzan
“ Assaalamu’alaikum”, sapamu damai sekali
Mushaf Al Qur’an dibuka
Dibacakan dengan perlahan
diantara pemuda yang berwajah tenang
Dan diantara perempuan-perempuan berjilbab santun dan lembut
yang duduk melingkar di Taman Ganesha
Sesaat dari lingkaran itu tatapanmu meninggalkan senyum
untukku
Aku menunduk dan tersipu
Kupalingkan wajahku memandangi seluruh taman meredam gelisahku
Angin meniup dan menepuk daun-daun
Kuda berlari dan berputar mengelilingi jalan Gelap Nyawang
Anak-anak berlari bercengkrama di tepi kolam
II
Tak pernah ada kidung cinta
dan aku tak pernah meminta
Tak pernah ada nyanyian rindu
dan aku tak pernah berharap
Terlalu rapi seluruh jejak perasaan ditutupi
“ Aku lebih suka membuktikan dari pada menyatakan”,
katamu pasti
III
Sebuah cincin pernikahan melingkar di jariku
lalu
kau bentangkan sajadah biru
dan menjadi imam untukku
Kini aku mengerti
Engkaulah takdirku