Meski telah lama, kalimat yang pernah kau tuliskan untuk kekasih lamamu, bahwa
“pertemuan tidak selamanya menjadi obat rindu”. Bagaimana aku bisa menafikkan kalimatmu itu yang kini menjadi panduku, menjadi peganganku. Berkasih denganmu tanpa pertemuan di awal. Hanya lewat tulisan kita saling mengenal. Saling menyukai. Saling mendedah rasa. Saling menyanyangi. Dan saling merindu. Katamu, “
Sayangku, jika merinduku, maka menulislah”. Sayangku, bukan hanya menulis yang selalu kulakukan, lebih dari itu, aku menangisimu di malamku ketika rindu ini menuntut pertemuan. Beberapa halaman pada buku demokrasiku kubijakkan menjadi palu piluku. Agar menenangkan meski tidak menyenangkan. Agar menyegarkan meski tidak menegarkan.
KEMBALI KE ARTIKEL