Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Haruskah Kita Menolak Miss World?

10 September 2013   09:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:06 372 0

Miss World adalah kontes kecantikan internasional yang diprakarsai oleh Eric Morley pada tahun 1951 dan pertama kali diadakan di Inggris. Setelah kematiannya pada tahun 2000, Istri Morley, Julia Morley, menggantikannya sebagai ketua.

Bersama rivalnya Miss Universe dan Miss Earth, kontes ini menjadi salah satu yang dikenal oleh masyarakat umum. Pemenang menghabiskan waktu setahun berkeliling dunia sebagai wakil dari Miss World Organization dan berbagai acaranya.Secara kebiasaan, Miss World tinggal di London selama masa baktinya.

Penyelenggaran Miss World setiap tahunnya digelar di negara yang berbeda. Dan pada tahun ini, Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah kontes kecantikan tersebut. Penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah tentu dengan berbagai pertimbangan. Karena banyak negara yang berlomba-lomba memperebutkan agar negaranya dapat menjadi tuan rumah. Karena tentunya dengan digelarnya Miss World di negaranya, secara tidak langsung mereka dapat memperkenalkan negaranya di mata dunia.

Tetapi sayangnya penyelenggaraan Miss World di Indonesia menuai pro dan kontra. Banyak praktisi agama dan ormas Islam yang menolak penyelenggaraan Miss World dan berusaha menggagalkan perhelatan akbar tersebut. Mereka mengecam penyelenggaran kontes bikini, yang biasa dilakukan sebagai salah satu rangkaian acara Miss World.

Menanggapi hal tersebut chairwoman Miss Indonesia, Liliana Tanoesoedibjo mengatakan bahwa "Memang ada hal-hal tertentu. Dan, tentunya setiap event pasti ada pro kontra," kata Liliana saat memberi keterangan resmi di Nusa Dua, Bali, Sabtu 7 September 2013. (sumber: vivanews)

Menanggapi tentang kontes bikini dan dipermasalahkan oleh berbagai ormas Islam, Menko Kesra Agung Laksono mengatakan bahwa telah mendapat jaminan dari panitia penyelenggara Miss World 2013 bahwa peserta dari seluruh negara tidak memamerkan kontes penggunaan bikini di atas catwalk, apalagi sampai disiarkan televisi.

"Jadi adegan yang dikhawatirkan seperti menggunakan bikini, swim suit, two pieces ditiadakan. Apalagi ukur mengukur. Gak ada itu," kata Agung ketika ditanya pers di Halim Perdanakusumah Jakarta, Minggu (8/9/2013).

Menurut, pemerintah telah memutuskan pelaksanaan Miss World 2013 hanya di Bali saja. Rencana pelaksanaan final di Jakarta ditiadakan.

"Di Bali saja. Supaya masyarakat tahu, penyelenggaraan Miss World itu sudah disesuaikan dengan adat ketimuran kita, dengan budaya kita jadi ada baiknya terbukalah," kata Agung.

Agung Laksono juga menambahkan bahwa

"Penyelenggaraannya semua dipusatkan di Bali. Jadi tidak dicabut tapi diteruskan bahkan pemerintah juga memahami mungkin pembinaan-pembinaan ini kita akan membantu. Jadi tanggal 8 opening sampai closing, 20 hari itu disentralisasi di Bali saja," kata dia. (detik.com)

Meskipun demikian, masih banyak ormas Islam yang kekeuh menolak penyelenggaraan Miss World. Bahkan pada hari Sabtu, pada tanggal 7 September 2013 di perempatan KM.0 Jogjakarta masih ada ormas Islam yang demo menentang penyelenggaraan kontes kecantikan tersebut. Seperti yang saya dengar sendiri, orator mengatakan bahwa tidak hanya kontes bikini yang mereka permasalahkan. Namun mereka mengaggap bahwa kontes Miss World telah mengeksploitasi kaum wanita dengan tujuan komersil. Dan mereka mengatakan bahwa pakaian yang digunakan oleh kontestan Miss World tidak sesuai dengan syariat Islam. Dan sebagai umat mukmin mereka wajib menolak.

Ironis memang, apa eksploitasi yang mereka maksud? Entah saya yang terlalu bodoh atau bagaimana. Tetapi saya tidak menangkap sudut eksploitasi dalam penyelenggaran Miss World. Para wanita menawan dari seluruh dunia itu mewakili negaranya masing-masing untuk mempromosikan negaranya dengan kecerdasaan dan kepribadian baik yang mereka miliki. Tujuan mereka adalah untuk mengangkat nama baik negaranya, apakah itu yang disebut eksploitasi?? Saya hanya bisa mengerutkan dahi. Miss World itu tak ada bedanya dengan kontes kecantikan seperti Putri Indonesia, Miss Indonesia, Abang None Jakarta, Dimas Diajeng Yogyakarta, dll. Hanya saja perbedaannya terletak dari peserta yang mengikuti ajang tersebut. Peserta Miss World datang dari seluruh penjuru dunia. Lalu mengapa hanya Miss World yang dikecam, mengapa Putri Indonesia tidak? Mengapa abang none Jakarta tidak? Mengapa? Pertanyaan itu yang bergelayut di pikiran saya.

Saya merupakan seorang wanita, dan saya juga seorang muslim. Namun, saya cenderung pro terhadap penyelenggaran kontes kecantikan itu. Benar memang kontestan Miss World tidak menggunakan pakaian sesuai syariat Islam. Tetapi ya memang rata-rata dari mereka bukan seorang muslim, apa iya kita harus memaksakan mereka mematuhi hukum yang berlaku di agama Islam. Bukankah itu melanggar hak asasi manusia?? Saya tahu dan paham betul mengenai citra Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim terbanyak di dunia. Namun, Indonesia tidak hanya dihuni oleh orang muslim. Sudah sepantasnya kita berbesar hati dan berpikir terbuka. Bukankah ketika masih kecil, kita selalu diajarkan Toleransi antar umat beragama dalam mata pelajaran PKn. Tidak ingatkan anda tentang itu??

Menyuruh kaum non muslim melakukan syariat Islam, sama dengan menyuruh umat Islam untuk memakan makanan haram. Sebut saja babi, babi dilarang di agama Islam tetapi tidak bagi kaum non muslim. Lalu, kalau anda umat muslim dipaksa makan daging babi atau makanan haram lainnya. Maukah anda menurutinya?? Coba berpikir apabila kita di posisi mereka. Terbukalah...

Sebagai perhelatan yang sudah berlangsung lama, Miss World tentu memiliki banyak dampak positif bagi tuan rumah maupun peserta ajang tersebut.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun