Bergetar sekujur tubuh Iriani ketika bertatapan dengan lelaki yang terduduk di sepeda motor Ninja itu. Suprapto, Mandor yang selama ini mengawasi pekerjaannya di perkebunan yang juga merangkap sebagai cukong bagi kestabilan perekonomian keluarganya, menatapnya lekat-lekat. Mata elang itu yang dulu begitu sangat dikaguminya, kini seolah-olah menelanjangi seluruh tubuh bahkan cadar yang dikenakannya. Plastik bungkus belanjaan yang dipegangnya nyaris saja terjatuh ketika ia mencoba menggantungkannya di stang sepeda motor. Iriani gugup, detak jantungnya berpacu kencang. Doa-doa dipanjatkannya agar Suprapto tak mengenali dan mengikutinya ke rumah.