Namun, dalam kepemimpinan yang terbilang singkat itu Anies sudah berhasil merombak beberapa kebijakan di dunia pendidikan Indonesia. Salah satu jasa Anies yang hingga saat ini dapat dirasakan seluruh pelajar Indonesia adalah idenya tentang Ujian Nasional (UN). Anies membuat nilai Ujian Nasional tidak lagi menjadi satu-satunya faktor kelulusan bagi Ppara pelajar di sekolah.
Selain masalah UN, Anies juga membuat kebijakan gerakan membaca-menulis. Anies Baswedan mewajibkan alokasi waktu membaca buku selain pelajaran selama 15 menit sebelum jam sekolah dimulai. Beliau pun meluncurkan Gerakan Indonesia Membaca -- Menulis, yang sebelumnya dilakukan secara terpisah.
Tidak sampai di situ, kebijakan Anies yang dinilai sangat humanis juga terletak pada himbauannya agar anak sekolah diantarkan oleh orangtuanya pada hari pertama sekolah. Kegiatan mengantarkan anak di #HariPertamaSekolah pun menjadi imbauan tersendiri darinya kepada para orang tua.
Dalam Surat Edaran yang beliau sebarkan, permohonan pemberian izin kepada perusahaan tempat orang tua kerja pun diajukannya, sebagai dispensasi bagi para orang tua yang hendak mengantarkan anaknya ke sekolah
Untuk membantu pendidikan di daerah-daerah yang jauh dari pusat Kota, Anies Baswedan membuat program Guru Garis Depan. Hal ini ia lakukan karena penyebaran guru belum merata di seluruh Indonesia, terutama di daerah Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal (3T), dan guru yang ada di daerah 3T hanya untuk jangka pendek (1-2), Anies Baswedan memberikan inisiatif terbarunya. Dalam kebijakan ini dilakukan pengiriman ribuan guru secara bertahap ke daerah 3T dengan masa tugas jangka panjang sebagai guru permanen. Insentif pun dipersiapkan secara khusus, antara lain pengangkatan sebagai PNS daerah dan kredit rumah untuk Guru Garis Depan.
Tidak kalah pentingnya, sewaktu Anies menjabat sebagai Mendikbud RI ia dan jajarannya juga melakukan prombakan kurikulum pendidikan di tanah air. Pada Kurikulum 2013, Kemdikbud menemukan adanya kekurang-selarasan antara ide, desain, dan dokumen dan penerapannya. Bahkan sekolah pun belum dipersiapkan untuk dalam melakukan implementasi kurikulum tersebut. Sehingga, dilakukan penelaah ulang, revisi konsep dan dokumen kurikulum dengan melibatkan publik.
Hingga saat ini, meski tidak lagi menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies masih perhatian dengan dunia pendidikan. Hal ini terlihat seringnya Anies menghadiri atau menjadi pembicara dalam diskusi-diskusi pendidikan. Seperti misalnya saat Anies menghadiri  dan memberi sambutan dalam acara launching Aplikasi pendidikan GreatEdu yang mengangkat digital crowd learning, pada 16 februari 2019 di Jakarta. Dalam sambutannya Anies menyambut positif hadirnya aplikasi GreatEdu yang diinisiasi oleh sekumpulan anak muda.
Aplikasi GreatEdu yang  bisa didownload di App Store dan Play Store ini hadir untuk membangun partisipasi dan kolaborasi besar bagi seluruh penggiat pendidikan. Sehingga, semua orang bisa belajar, mengajar dan sharing pengetahuan dalam satu aplikasi.