yang baik hati yang datang untuk menjemput si pembicara dalam perjalanan kereta menuju
kekekalan. Sepanjang perjalanan, mereka melewati berbagai pemandangan kehidupan seperti halaman sekolah, ladang gandum, dan matahari terbenam, sebelum akhirnya berhenti di sebuah kuburan yang jadi tempat peristirahatan terakhir si pembicara. Pembicara merenung bahwa meskipun sudah berabad-abad berlalu sejak kematiannya, rasanya seperti baru saja terjadi. Penulis menyukai puisi ini karena cara kematian digambarkan dengan damai, terutama dalam baris "He kindly stopped for me," (Because I could not stop for Death, baris 2), yang berbeda
dari pandangan umum tentang kematian sebagai sesuatu yang menakutkan, malah memberikan
rasa tenang.