Setelah jamaah Magrib selesai, anak-anak mulai berkumpul di pengajian Ustadz Epi dengan membawa buku Iqro atau Al-Qur'an masing-masing. Ada yang baru mulai belajar dari Iqro, sementara yang lainnya sudah lancar membaca Al-Qur'an. Kami membagi mereka dalam beberapa kelompok berdasarkan tingkat kemampuannya, sehingga kita bisa memberikan perhatian yang lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Mengajar Iqro memiliki tantangan tersendiri. Anak-anak yang baru mulai belajar sering kali merasa kesulitan mengenali dan mengucapkan huruf-huruf hijaiyah dengan benar. Untuk mengatasinya, kami menggunakan metode pengulangan dan permainan sederhana yang membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan. Kami juga memberikan pujian dan semangat setiap kali mereka berhasil membaca dengan benar, agar mereka merasa termotivasi untuk terus belajar mengenal huruf Hijaiyah.
Bagi mereka yang sudah bisa membaca Al-Qur'an, kami fokus pada tajwid dan kefasihan bacaan. Kami mendampingi mereka secara perlahan, memperbaiki kesalahan dan memberikan contoh yang benar. Selain itu, kami juga menyisipkan penjelasan singkat tentang makna ayat-ayat yang dibaca, agar mereka tidak hanya sekadar membaca, tetapi juga memahami isi kandungan Al-Qur'an.
Setiap malam habis maghrib, suasana belajar terasa sangat hangat dan penuh dengan semangat. Anak-anak selalu antusias untuk datang ke pengajian, meskipun beberapa di antara mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh. Melihat kemajuan mereka, baik yang baru belajar Iqro maupun yang sudah membaca Al-Qur'an, memberikan kepuasan tersendiri bagi kami yang mengajar.
Melalui Kukerta ini, "kita belajar bahwa mengajar bukan hanya tentang menyampaikan ilmu, tetapi juga tentang kesabaran, ketekunan, dan kepedulian terhadap perkembangan anak-anak". Pengalaman ini menjadi salah satu bagian yang tak terlupakan dalam perjalanan hidup kita selaku yang mengajar.Â