Entah kenapa aku begitu tertarik dengan penggalan kata yang ada dalam lagu lama yang berjudul “If I only had time”. Iramanya yang lembut mendayu-dayu begitu menyentuh perasaan. Rasanya kata-kata itu mewakili sebagian perasaanku yang menggambarkan begitu cepatnya “waktu” itu berlalu…… Life really is too short……... Aku mengcopy-paste begitu saja kata-kata itu dalam statusku di salah satu akun jejaring sosial tanpa ada maksud lain…..
Ingatanku melayang saat pertama kali masuk kuliah 26 tahun lalu di Unair. Mengalami masa-masa awal Ospek bersama mahasiswa baru lainnya. Menikmati kegembiraan menjadi seorang mahasiswa, belajar bersama orang-orang yang berbeda latar belakangnya. Sambil kuliah aku juga sempat bekerja freelance untuk sebuah proyek alat-alat listrik milik orang tua seorang teman, sebut saja A. Pekerjaan itu dilakukan dimalam hari bersama beberapa teman termasuk si A, mengingat pagi harinya kami harus pergi kuliah. Lumayan ……bisa sedikit membantu untuk biaya kuliah !!! Rasanya semua peristiwa itu baru saja berlalu. Dan tiba-tiba saja saat ini aku sudah menikah dengan kehadiran dua anak yang mewarnai hari-hari keluargaku. Selain bekerja, hari-hariku juga dipenuhi aktivitas mengantar anak ke sekolah, mendampingi mereka saat belajar dan bermain bersama mereka. Saat aku merenungkan moment-moment itu, rasanya waktu mengalir begitu cepat tanpa pernah aku menyadarinya………..
Sore itu aku dikejutkan panggilan telpon dari seorang teman yang tidak pernah melakukan komunikasi by phone sebelumnya. Ia mengabarkan bahwa temanku A, yang dulunya cukup akrab denganku baru saja meninggal. Usianya 46 tahun. Aku sempat terdiam, kaget, tidak percaya dengan berita itu karena baru seminggu sebelumnya kami sempat berhubungan di telepon. Saling menanyakan kabar, cerita tentang masa-masa lalu. Mengingat teman-teman lama…. Tiba-tiba saja datang kabar, dia sudah harus menghadap sang Pencipta. Ia meninggal tepat sehari setelah aku menulis status itu. Saudaraku sempat berkomentar, “Apakah Kamu membuat status itu khusus untuk A ?“. Apakah status itu menjadi pertanda bagi sahabatku, tak ada yang tahu. Hanya Dia yang diatas yang bisa menjawab.
Tak berselang lama, sebulan kemudian, datang kabar lain. Seorang teman SD disebuah kota kecil di Jawa Tengah, sebut saja B, juga meninggal mendadak. Diusia yang tidak jauh berbeda, masih 45 tahun. Ia meninggal karena tekanan darahnya tinggi sehabis menyantap sate kambing.
Dua sahabatku itu meninggal di usia yang masih tergolong muda untuk ukuran hidup rata-rata masyarakat Indonesia yang konon mencapai 69,7 tahun. Itu data terbaru yang dirilis oleh UNDP tentang Indeks Pembangunan Indonesia tahun 2011.
Ah, rasanya …life really is too short …itu ada benarnya. Hidup kita itu hanya sebentar. Sang Pencipta yang mengatur segalanya. Dia punya rencana yang kita tidak pernah tahu kapan Dia memanggil kita. Mungkin hari ini, besok, seminggu lagi, sebulan lagi, setahun lagi…..entah kapan tapi hari itu pasti akan datang bagi kita semua. Masalahnya bukanlah pada “panggilan” itu sendiri, tapi apakah kita “siap” saat Dia memanggil kita. Siap bukan berarti bahwa kita sudah merasa bisa meninggalkan keluarga dan sahabat-sahabat kita dengan tenang, tapi yang lebih penting apakah kita sudah melewati hari-hari kita dengan berbuat kebaikan. Kebaikan bukan hanya bagi keluarga kita sendiri, bukan hanya bagi teman-teman dekat kita tetapi kebaikan bagi semua orang. Biarlah orang lain merasakan kegembiraan dan kebahagiaan dengan kehadiran kita, dimanapun kita berada. Biarlah kehadiran kita meski hanya sesaat namun bisa memberi semangat, memberi ketenangan bagi orang disekitar kita. Semoga !!!
So much to do
If I only had time, If I only had time
Dreams to pursue
If I only had time, They’d be mine
Time like the wind
Those are hurrying by and the hours just fly
Where to begin
There are mountains I’d climb, if I ‘d time
Since I met you I’ve glored
Life really is too short, lovin’ you
So many things we could make true
A whole century isn’t enough to satisfy me
Surabaya, 22 November 2011