Merokok bisa dibilang bakal merugikan siapapun (kecuali penjual rokok, he he he). Saat membuang kepulan asap, pasti arah asap tidak bisa disuruh ke satu arah. Apalagi jika aranh angin yang tidak jelas. Walhasil, asap rokok bakal seperti tabunan asap (kalau istilah orang betawi bilang).
So, banyak juga para perokok yang sadar akan kerugian yang ditimbulkan. Tidak saja bagi orang lain dan bagi diri sendiri. Ada yang ingin berhenti, tetapi tidak tau caranya bagaimana. Ada cara berhenti yang paling lucu menurut saya. Setiap beli satu bungkus, rokok dikurangi satu buah. Hari ini satu, besok dua,, lusa tiga dan seterusnya. Trus, pertanyaannya? Akan disimpan kemana rokok yang diambil tadi? He he he, mungkin saja diselamatkan dengan satu tempat yang aman. Maka, ini sih bukan niat untuk berhenti merokok, tetapi hanya mengubah tempat penyimpanannya.
Sejak kelas tiga SMP, saya sudah mulai mengenal rokok. Saat itu, rokok yang saya hisap adalah Djarum Super. Pertama kali merokok, ketika saya pulang dari berenang sebagai salah satu ekskul di sebuah SMP terkenal dibilangan Kramat Jati.
Lambat lain, saya memang tidak merokok secara aktif, tetapi yang pasti adalah, saya selalu merokok di setiap kali ada kesempatan. Itu pun menggunakan uang jajan yang sengaja saya simpan. Kebiasaan ini menjadi ketika saya sudah mulai bekerja. Mendapat uang dari hasil keringat sendiri dan tentunya saya pikir, bebas. Mau merokok dimana saja, kapan saja, pokoknya semau gue.
Nah, sekitar 2009, sebuah kantor dimana saya bekerja, akhirnya pindah ke salah satu gedung di bilangan S. Parman. Ruangan yang kami sewa saat itu hanya berbentuk ruang kerja saja. Tidak ada dapur atau ruang lainyang bisa saya saya dan teman-teman gunakan. Jika ingin merokok, sebuah pojokan ditangga darurat atau setelah makan diluar kantor.
Artinya, untuk merokok saat itu sangat terbatas. Apalagi kedua boss saya juga sudah tidak merokok, maka ruangan yang digunakan full tertutup karena harus menggunakan AC. Ada kegalauan disana, ketika ingin merokok, berarti saya harus keluar ruangan, maka saya harus meninggalkan pekerjaan yang ada di meja saya. Kalau tidak merokok, rasanya seperti ada yang hilang.
Maka, secara tidak sengaja, saya putuskan untuk berhenti merokok sementara (sampai hari ini, sampai saya menulis artikel ini). Saya terpaksa harus berpisah dengan beberapa merek rokok terkenal, yang iklannya menggunakan jasa koboy. Terpaksa.
Beberapa hari pertama sampai beberapa tahun, saya merasakan tubuh saya "nagih" atau sudah kecanduan dengan asap rokok. Timbul rasa sakit di bagian dada terutama pada setiap jam dimana saya biasa merokok. Misalnya jam 12.30 atau 18.00. Sampai pernah, ketika sakaw (he he he) saya berpikiran untuk kembali merokok saja. Tapi sayang ah, sudah sekian lama berhenti merokok, lha sekarang mau dimulai lagi.
Alhasil, pemberontakan dalam batin saya, berhasil saya lumpuhkan. Sampai detik ini, saya belum merokok juga. Dan badan yang semula sakit, sudah biasa lagi. Sudah normal lagi. Maka, saya pikir bisa saja berhenti merokok asal sudah jelas niat dan kemauan keras kita.
Hal itu pula yang saya tularkan kepada beberapa teman bahkan orang yang baru saya kenal sekalipun untuk bisa berhenti merokok. Saya sharing kepada mereka bahwa sebenarnya berhenti merokok itu kendalanya cuma ada di batin. Misalnya:
- Kalau tidak merokok, ada sesuatu yang hilang, maka jangan cepet linglung. Yang hilang itu adalah kebiasaan kita merokok. Jangan cepat mengambil rokok, disulut, baru kita tau apa yang lupa.
- Kalau tidak merokok diantara teman-teman yang merokok, jangan takut untuk berkata "Oh, saya lagi off dulu". Ini pula yang saya niatkan. Saya sedang berhenti merokok, mungkin suatu ketika, saya bakal merokok lagi, tetapi tidak tau kapan.
- Jika ada keinginan untuk merokok, ambil saja sebungkus rokok, cium saja baunya dan letakan kembali. Tohk, sama saja baunya, masih bau tembakau juga.
- Gak salah juga kalau kita masih bergaya dengan sebatang rokok (tidak menyala) di antara jari-jari kita;
- Jangan pernah menggantikan posisi rokok dengan apapun. Permen atau bahkan kayu manis misalnya. Itu gak penting banget.
- Niat, kalau dijalani dengan benar, hasilnya pasti benar. Karena yang merasakan sehat adalah diri kita sendiri.