Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Diplomat dalam Sangkar

22 Mei 2010   04:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:03 69 0
Segelintir kecewa mulai hampiri Rama Mardantia. Ia kecewa dengan perkataan ayahnya yang menyebutkan "Ram, kamu tuh ngaca diri dulu kalau bertindak". Rama menyesal. Ia pikir ia betul ketika ia memulai percakapan dengan ayahnya mengenai keinginannya untuk kuliah. Tak tanggung-tanggung memang, ia ingin berkuliah di Universitas nomer 1 di Indonesia.
Ayahnya kesal saat itu. Ia kesal dengan dirinya sendiri yang tidak mampu merealisasikan keinginan bocah sulungnya itu. Ayahnya akui, Rama memang anak yang tidak bodoh-bodoh amat. Ia cepat menangkap pelajaran yang diberikan guru-gurunya ketika di sekolah. Rama sering mendapat penghargaan atas prestasinya tersebut.
Rama menjawab lemah ucapan ayahnya, "Ayah, orang miskin juga layak mengenyam pendidikan setinggi langit. Apa salahnya kalau Rama mencobanya yah ?". Rama setengah menunduk. Ia berharap semoga kata-katanya tidak menyinggung hati ayahnya itu.
"Itu yang kurang tepat nak. Mimpimu itu yang terlalu tinggi. Harusnya kamu mensyukuri apa yang telah kamu dapati sekarang. Jalani dulu apa yang ada di depan mata kamu. Jangan terlalu banyak mau ini itu. Justru hal itu yang bisa buat kamu terjatuh". Ayahnya menghela nafas panjang, begitupun Rama.
Rama tidak bisa menjawab apa-apa lagi. Ia iba dengan ayahnya. Ayahnya memang sudah tidak muda lagi. Terlihat betul kerutan-kerutan di wajahnya itu. Aura letihnya itu tidak bisa ia sembunyikan.
Hal itulah yang membuat Rama semangat dalam mengejar cita-citanya. Ia hanya ingin membahagiakan kedua orang-tuanya. Ia ingin menjadi tulang punggung keluarga yang bisa dijadikan tauladan yang baik bagi kedua adik-adiknya. Itu sebabnya ia mau bermimpi. Ia betul-betul mau mengeyam pendidikan yang setinggi mungkin, karena ia percaya, hanya dengan pendidikan-lah ia bisa merubah nasibnya dan juga keluarga.
Ia hanya ingin itu. Ingin hidup berkecukupan dunia juga akhirat karena ia kaya ilmu. Ia ingin menjadi diplomat. Sederhana sekali harapannya itu. Tapi justru ada makna di balik semua itu.
"Aku ini hanya diplomat dalam sangkar", ucapnya lirih seraya ia tuliskan di catatan kecilnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun