Individu pasti mengalami berbagai peristiwa dalam kehidupannya, baik peristiwa yang menyenangkan maupun menyedihkan. Peristiwa-peristiwa tersebut memberikan pengaruh positif atau negatif terhadap kehidupan individu, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Peristiwa yang seringkali memberi pengaruh jangka panjang terhadap kehidupan individu adalah peristiwa yang menyedihkan. Terdapat individu yang belum mengerti bagaimana cara menyikapi peristiwa tersebut. Individu menolak untuk merasakan emosi negatif yang hadir sebagai respon terhadap peristiwa menyedihkan yang dialami. Beberapa individu terburu-buru melupakannya karena memiliki anggapan bahwa bersedih itu tidak baik, apalagi berlarut-larut. Padahal, kesedihan adalah emosi negatif yang wajar dirasakan oleh semua orang. Individu mungkin bisa mengatakan bahwa ia telah melupakan peristiwa menyedihkan yang pernah dialami. Namun, pada faktanya peristiwa tersebut secara tidak sadar hanya ditekan sehingga berpindah dari alam sadar ke alam bawah sadar. Emosi negatif sebagai respon dari peristiwa menyedihkan yang ditekan ke alam bawah sadar dapat mempengaruhi atau bahkan mengubah cara individu dalam berperilaku. Contohnya, individu yang pernah menjadi korban perselingkuhan akan merasa kesulitan untuk berkomitmen dalam hubungan yang baru karena merasa takut dan tidak ingin rasa sakit yang pernah dialaminya terulang kembali. Jadi, ketika ada seseorang yang mendekatinya, secara tidak sadar ia akan memunculkan perilaku berupa menjauh karena memikirkan kejadian-kejadian buruk yang mungkin akan terjadi nantinya. Perilaku ini bertujuan untuk melindungi dirinya, tetapi jika terjadi secara terus-menerus, perilaku ini dapat menghambat individu dalam membangun dan menjalin suatu hubungan karena pada faktanya tidak semua orang memiliki niat jahat terhadapnya. 'Menerima' ketika diperlakukan secara 'tidak baik' memang sangat sulit, tetapi 'menerima' merupakan langkah pertama supaya individu dapat pulih dari luka akibat peristiwa menyedihkan yang pernah ia alami. Menerima bukan berarti individu tidak membela diri ketika tersakiti. Melainkan, menerima dengan lapang dada bahwa hasil yang diharapkan terkadang tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan. Contohnya, ketika individu mengalami depresi karena ditinggalkan oleh orang yang dianggap penting dalam hidupnya. Padahal, individu tersebut telah melakukan yang terbaik untuk tetap bersama dengan orang yang pada akhirnya memilih untuk meninggalkannya. Depresi tersebut membuatnya tidak dapat menjalani kehidupan dengan optimal seperti dulu lagi. Ia merasakan gejala-gejala depresi yang menghambat aktivitas sehari-harinya. Dengan 'menerima' bahwa peristiwa menyedihkan tersebut telah membuatnya depresi sehingga mengubah cara berperilakunya, individu dapat mengambil langkah selanjutnya, yaitu meminta bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater sehingga individu dapat lekas pulih dari luka tersebut. Jika 'menerima' masih terasa sulit bagi individu, terdapat filosofi yang mungkin dapat mengubah pandangan individu, yaitu filosofi pohon yang dipaku lalu pakunya dilepas. Yang terjadi pada pohon tersebut selanjutnya adalah batangnya berlubang. Namun, lubang tersebut tidak menghambatnya untuk tetap tumbuh. Sama seperti manusia, luka akibat peristiwa menyedihkan diibaratkan seperti lubang yang ada pada pohon tersebut. Luka tersebut telah menjadi bagian dari individu. Individu dapat tetap bertumbuh dan belajar dari luka tersebut. Tokoh-tokoh terkenal yang sukses pun pasti memiliki luka akibat peristiwa menyedihkan di masa lalunya. Namun, luka tersebut telah menjadi bagian dari perjalanan yang mengantarkannya menuju kesuksesan.
KEMBALI KE ARTIKEL