Aku terdiam di hadapan cermin yang menatapku dengan penuh rasa iba. Cermin tua berbingkai emas ini adalah satu-satunya teman di rumah ini, yang diam-diam menyimpan kisah dari getirnya luka yang kututup rapat dalam kesendirian. Dari cermin ini, aku melihat bayangan seseorang yang nyaris tak kukenali lagi. Matanya kuyu, wajahnya pucat, dan lelahnya... ah, lelahnya sungguh tak terlukiskan.
KEMBALI KE ARTIKEL