Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka ala Finlandia Tepatkah Tetap dilanjutkan di Indonesia?

24 Oktober 2024   06:51 Diperbarui: 24 Oktober 2024   07:03 155 2
Indonesia baru-baru ini mengadopsi Kurikulum Merdeka yang terinspirasi dari Finlandia, negara yang dikenal memiliki salah satu sistem pendidikan terbaik di dunia. Namun, apakah penerapan kurikulum tersebut sudah tepat di Indonesia? Mengingat realitas sosial dan budaya yang ada sangat berbeda. Berdasarkan beberapa data dan fenomena yang muncul di lapangan, muncul pertanyaan besar terkait relevansi penerapan Kurikulum Merdeka di Indonesia, terutama karena terdapat perbedaan karakteristik antara kedua negara tersebut.

Kurikulum Merdeka Finlandia vs. Indonesia

Finlandia dikenal dengan sistem pendidikan yang sangat fleksibel dan berbasis pada otonomi siswa serta guru. Sistem ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri dengan sedikit intervensi dari otoritas pendidikan. Sekolah-sekolah di Finlandia tidak menerapkan ujian nasional yang ketat seperti di banyak negara lain, termasuk Indonesia. Guru memiliki kebebasan untuk merancang kurikulum mereka sendiri, dan fokus pendidikan bukan hanya pada akademik tetapi juga pengembangan keterampilan hidup, kreativitas, dan tanggung jawab sosial.

Indonesia, di sisi lain, memiliki tantangan yang berbeda. Data dari PISA (Programme for International Student Assessment) menunjukkan bahwa Indonesia sering kali tertinggal dalam hal literasi dan numerasi dibandingkan dengan banyak negara lainnya. Misalnya, laporan PISA tahun 2018 menempatkan Indonesia di peringkat 74 dari 79 negara dalam hal literasi membaca. Hal ini menunjukkan bahwa banyak siswa di Indonesia yang kesulitan dalam memahami teks sederhana.

Sedangkan penerapan Kurikulum Merdeka di Indonesia menuntut tanggung jawab lebih besar dari siswa dan guru. Siswa diharapkan dapat belajar secara mandiri dengan arahan minimal dari guru. Namun, fenomena di lapangan menunjukkan adanya ketidakcocokan antara ekspektasi kurikulum ini dengan kondisi nyata di banyak sekolah di Indonesia. Misalnya, dilaporkan bahwa beberapa siswa SMP di berbagai daerah masih belum mampu membaca dengan lancar. Hal ini disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar dan anggapan bahwa mereka akan naik kelas tanpa perlu berusaha keras. Ini adalah realitas yang cukup mengkhawatirkan.

Salah satu perbedaan mendasar antara Finlandia dan Indonesia terletak pada budaya dan sikap terhadap pendidikan. Masyarakat Finlandia sangat menghargai pendidikan dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap proses belajar. Mereka disiplin dan memiliki kultur belajar yang kuat. Sementara itu, di Indonesia, terdapat kesenjangan yang cukup besar dalam motivasi belajar. Beberapa siswa menganggap pendidikan formal sebagai beban, karena kebanyakan lebih suka berpikir bebas tanpa harus mempelajari hal-hal yang dianggap terlalu rumit untuk dipahami. Beberapa masyarakat Indonesia cenderung lebih berorientasi pada uang daripada pendidikan, yang penting bisa cari uang  yang banyak itu sudah cukup. Perihal pintar atau tidak, itu adalah opsi kesekian. Hal ini dibuktikan juga dengan adanya data penelitian yang mengungkapkan tentang rata-rata IQ orang Indonesia berkisar di angka 78. Hal tersebut jelas sudah membuktikan rendahnya minat belajar di negara kita.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun