Matahari siang itu terasa sangat terik, menyengat kulit dan membuat napas terasa berat. Di tengah perjalanan yang penuh hiruk pikuk di kota Bandung, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak. Di sebuah sudut jalan yang sepi, pandanganku tertuju pada gerobak kecil berwarna biru, dihiasi tulisan tangan yang mulai memudar, “Es Doger”. Seketika itu juga, kenangan masa kecil yang telah lama terkubur bangkit ke permukaan, seolah-olah waktu berputar mundur ke masa saat aku masih duduk di bangku SD. Dulu, setiap kali lonceng sekolah berbunyi menandakan waktu istirahat, aku dan teman-teman berlarian ke pedagang es Doger di dekat gerbang sekolah.
KEMBALI KE ARTIKEL