Mohon tunggu...
KOMENTAR
Trip Pilihan

Berkereta Memberi Ruang Pada Mata untuk Menikmati Sajian Semesta

20 Oktober 2024   13:47 Diperbarui: 20 Oktober 2024   14:14 83 8
Perjalanan ini dimulai dengan seberkas cahaya fajar yang perlahan-lahan menyinari kota Bandung. Udara pagi yang begitu sejuk, menusuk kulit namun memberikan ketenangan. Aku melangkah mantap menuju stasiun, menggenggam tiket kereta bisnis yang kali ini akan membawaku ke Garut. Sebuah kota kecil yang mengundangku untuk beristirahat dari penat. Ada perasaan damai yang mengalir di dada, seperti ada janji keindahan yang siap menyambut di ujung perjalanan ini.

Seperti biasa Stasiun tampak sibuk,  suara pengumuman bergema di seluruh penjuru gedung, riuh rendah para penumpang, dan derap langkah kaki yang sibuk, tak mengusik keheningan batinku. Aku melangkah ke peron, dan di hadapanku terhampar rangkaian gerbong kereta yang akan menjadi tempatku selama tiga jam ke depan. Sebuah gerbong bisnis, dengan kursi-kursi yang tampak empuk, menunggu untuk dihuni. Aku tak sabar, membayangkan kenyamanan yang akan menemani perjalananku kali ini.

Begitu memasuki gerbong, udara sejuk dari pendingin ruangan menyambut. Kursi-kursi disusun rapi, dengan bantalan lembut dan ruang kaki yang lega, memberiku rasa nyaman. Para pramugari kereta menyapa ramah, dengan senyum hangat dan sikap profesional yang menyenangkan. Aku duduk di kursiku, meletakkan tas kecil di samping, kemudian menyandarkan punggung pada kursi. Tubuhku segera tenggelam dalam kenyamanan, seolah kereta ini dirancang untuk menghadirkan ketenangan bagi setiap penumpangnya. Kusambungkan true wireless stereo dengan android, kupasangkan di kedua telinga dan lagu pun mulai berputar lembut. You're gonna live forever dari John Mayer mengawali perjalananku.  

Kereta mulai bergerak pelan, meninggalkan hiruk pikuk stasiun. Deru mesinnya terasa halus, hampir tak terdengar, hanya getaran lembut di bawah kaki yang mengisyaratkan bahwa perjalanan telah dimulai. Di luar jendela, panorama kota Bandung masih tampak. Jalan-jalan penuh kendaraan, deretan toko, dan gedung-gedung tinggi yang berdiri tegak, perlahan berganti dengan pemandangan yang lebih asri.

Tak lama setelah meninggalkan kota, di kejauhan aku melihat sesuatu yang begitu memukau,  Masjid Raya Al Jabbar. Masjid yag menjadi maskot kota Bandung ini, berdiri megah dengan arsitekturnya yang futuristik namun tetap memancarkan keanggunan religi. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun