Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kkn Pilihan

Tangisan Misteri di Rumah Hijau

19 Mei 2024   19:54 Diperbarui: 23 Juli 2024   14:51 237 4

15 tahun yang lalu, saat aku memutuskan pindah ke tempat kost didekat Kampus, Aku pernah mengalami kejadian yang membuatku masih merinding sampai saat ini. Kejadian yang sulit dijelaskan secara logika, tapi nyata terjadi! 

Sebut saja namaku Anissa, temen-temen biasa manggil aku Icha. Aku tinggal di pusat kota Jakarta. Namun, karena Aku diterima di salah satu kampus Favorit yang berlokasi di Bandung, akhirnya Aku pun memutuskan untuk mencari Kostan yang berlokasi lebih dekat  ke kampus. Karena selain demi menghemat anggaran, Aku juga bisa lebih fokus untuk belajar. Awalnya aku berniat tinggal di Asrama bersama salah satu teman dekatku, Mira. Tapi dikarenakan kamar di Asrama ternyata sudah full, Aku pun terpaksa mencari  di tempat lain.

Berbekal informasi dari Google serta ditemani Mira,  Aku mencari Kostan yang berlokasi tidak jauh dari kampus. Tapi seharian kami keliling, ternyata tidak semudah itu menemukan tempat kostan yang cocok! Ada tempat yang bagus, tapi harganya sangat mahal! Ada tempat yang murah, tapi sangat kotor dan kumuh! Sampai akhirnya ada seorang ibu menghampiri kami, dan ia memberi kami informasi tentang Rumah Hijau. Disebut Rumah Hijau karena cat rumahnya berwarna hijau dan sekitar rumahnya ditanami pepohonan rimbun. Rumah Hijau ini sebenarnya lebih mirip seperti sebuah paviliun dibanding kost-kostan. Dari info yang diberikan si ibu, rate harga paviliun disana sangat murah dan tempatnya pun nyaman. Karena penasaran, Aku dan Mira pun langsung menuju ke tempat itu.

Setibanya disana, kami langsung disambut ramah oleh bapak pemilik Rumah. Sebut saja namanya Pak Oboy, beliau langsung menunjukkan paviliun yang disewakannya. Ada 1 ruang tamu, 1 kamar tidur serta satu toilet yang berdekatan dengan dapur berukuran mini. Ruangannya sangat bersih dan nyaman seperti baru di cat. Sebenarnya paviliun ini terlalu besar untuk seorang mahasiswi yang tinggal sendirian sepertiku, tapi karena si bapa yang sangat ramah serta harga yang ditawarkanya pun sangat murah, Aku pun memutuskan untuk mengambil tempat itu. Tanpa pikir panjang, Aku segera membayar biaya sewa untuk satu bulan. 

"Neng nanti kalau butuh apa-apa bisa langsung ke bapa aja ya! Rumah bapak yang disebelah pojok kanan, nggak jauh dari sini!" ujar pa Oboy seraya menunjukkan lokasi rumahnya. 

"Siap pak, makasih banyak!" 

Pak Oboy pun langsung menyerahkan kunci Paviliun dan berjalan meninggalkanku dengan Mira. 

"Cha seriusan ini tempat murah banget ya! Gila udah murah komplit pula! Ada dapur, kompor, liat ada kulkasnya juga Cha!" celetuk Mira seraya berjalan melihat-lihat perabotan disekitar ruangan.

"Iya Mir, tapi sebenernya ini kegedean banget buat Gue! Apalagi Gue sendirian tau!"

"Alah, tenang aja nanti kan kalo anak-anak nugas bisa pada ngumpul disini! Lumayan kan,?! Bisa jadi basecamp kita nih!"

"Iya Sih, tapi loe juga kudu sering nginep disini ya nemenin Gue!"

"Siaplahh Pasti! Eh, btw udah malem nih, Gue balik asrama dulu ya!" Ujar Mira

"Loh, loe nggak nginep disini aja hari ini?"

"Tar aja deh kapan-kapan! Gue hari ini ada tugas soalnya! Besok-besok deh Gue kesini lagi! Ya?!"

Aku pun menggangguk "Oke deh, makasih yah seharian ini udah nemenin Gue!"

"Santai aja kali!"

Setelah berpamitan, Mira pun segera pergi dengan sepeda motornya dan Aku pun mulai kembali fokus merapikan barang-barangku. 

Tanpa terasa waktu menunjukkan pukul 22.00 wib. Aku mulai merasa mengantuk! 

Setelah mengganti pakaian, kuputuskan untuk segera membaringkan tubuh ditempat tidur dan beristirahat.

Ketika malam semakin larut, samar-samar aku mendengar suara tangisan seorang Anak laki-laki

"Ayah.... Ayah.... Ayah..."

Dengan mata masih terpejam, Aku dengarkan suara itu dengan seksama. 

"Ayah.... Ayah.... Ayah...." 

Suara itu terdengar semakin nyaring, terasa begitu dekat dari arahku!" 

'Tapi, Siapa Anak yang menangis di Tengah Malam?' Aku mencoba berpikir positif untuk meredam rasa takutku. 'Oh iya, Kalau tidak salah, tadi sore aku juga sempat melihat seorang anak laki-laki, ia tampak mengintipku saat sedang mengobrol dengan Pak Oboy! Ya itu pasti dia!  Anak yang menangis itu pasti anaknya pemilik rumah! Hmm... Mungkin saja dia sedang sakit jadi Rewel!'  pikirku, seraya kembali tidur.

 

Keesokkan harinya, Aku mulai beraktivitas seperti biasa, pergi kuliah dan malamnya kembali ke rumah. 

Namun kejadian seperti malam sebelumnya terulang kembali! Lagi dan lagi! Aku mendengar suara tangisan Anak laki-laki yang memanggil Ayah. Aku mulai merasa sangat terganggu dengan suara tangisan itu, Karena hampir setiap malam aku mendengarnya! Aku tidak bisa tidur dengan pulas! Hingga akhirnya kuputuskan untuk  mencari tau soal anak itu. 

Meski rasanya agak canggung, Aku memberanikan diri bertamu ke rumah Pa Oboy yang jaraknya tidak jauh dari Paviliunku. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun