Alkisah, seorang jomblo sejati sedang galau terarah. Tidak tanggung-tanggung, dia melarikan badannya jauh dari keramaian. Begitu jauh dia berlari hingga dia sampai menemukan sebuah tempat untuk menumpahkan segala uneg-uneg dan merenungi (hubungannya dengan perempuan beranak satu yang ditinggal suaminya) nasibnya. Ia merasa hidupnya pilu, sepi tanpa (pendamping) teman, dikejar-kejar preman. Terlebih lagi, ia merasa eksistensinya dalam pekerjaan terancam. Tidak ada lagi yang mendukung ide-ide kebaikan yang ia serukan. Perjuangannya sebagai activist melawan penguasa, kini hadir tanpa bekas.