Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Where Will You Stay? * #4

15 September 2013   08:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:52 139 0

“ There must be, uncomfort feeling, awkward moment when you wake up in the morning, on different bad, as usual. Feel different smell of the air that you take.”

But  I always miss that feeling, sometimes trying to repeat once, and once more.

Hotel Renaissance,  JW Marriot, di Bangkok

Pertama kalinya ke Bangkok, sendirian pula. Dengan innocent, saya hanya membawa nama dan alamat hotel dengan huruf latin. Pas di counter taksi, si mbak-mbak nya ngangguk saja pas saya tunjukkan alamat hotel.  Saya lalu disuruh masuk ke dalam sebuah taksi. Taksi pun melaju kencang. Saya lalu memberikan kembali alamat hotel. Oh ternyata si bapak sopir tak bisa membaca huruf latin. Ia lalu member kode, menunjukkan handphone. Sayang seribu sayang, saya gak kepikiran untuk mencatat nomor telepon hotel.  Udah keringat dingin juga.  Taksi masih melaju kencang. Kemana lagi saya harus mengadu?

Lalu saya ingat  rekan kerja yangbase di Kuala Lumpur, sore itu juga akan ke Bangkok dan menginap di hotel yang sama. Tak lama, SMS saya ia balas beserta nomor telepon hotel. Segera si bapak taksi menelpon hotel. Lima menit kemudian taksi melaju lebih kencang.

To be noted, kalau ke Thailand dengan tujuan alamat tertentu, lebih baik bawa juga alamat dengan tulisan Thailand yang keriting-keriting itu. Seorang kawan, ternyata juga punya pengalaman yang sama. Sendirian ke Bangkok, sudah booking hotel via internet, cuma bawa alamat yang tertera di internet. Kawan saya ini lebih parah, ia gak bisa menemukan alamat hotel, dan akhirnya memutuskan menginap di hotel lain.

Hotel Renaissance ini berlokasi di Ploenchit road, sebuah kawasan pusat bisnis di Bangkok. Well, hampir gak ada cacat selama 3 hari saya nginap di hotel ini. Very welcome staf, sangat ramah, serta menu breakfast dan lunch buffet yang dapat nilai 9 deh.  Mulai dari indian cuisine, western, chinese cuisine, sushi, seafood, dan tak ketinggalan thai food yang yummy dummy. Tom yam yang asem-asem bikin merem melek keenakan, air tahu hangat, lobster dan udang bakar, plus desert ala Thailand seperti ketan yang disajikan bersama potongan mangga dan durian, serta kue sejenis pancake yang ditaburi potongan nanas. Sluurrp.

Kamarnya gak luas. Mungkin karena saya menginapnya di standard room kali ya. Mini bar sangat lengkap. Interior kamar terkesan chic.  Kamar mandi dengan dinding kaca yang memberi efek agak luas plus bath tub yang sangat menggoda untuk digunakan mandi.

Satu lagi yang juga oke adalah first quality linen untuk alas bantal, selimut, dan kasurnya. Meski sama-sama berwarna putih, tetap saja  kelembutan sentuhan kasur hotel kelas melati, bintang tiga, empat, dan lima memang berbeda :p.

Etapi di hotel mewah begini, ada juga hal yang tidak masuk akal. Air mineral ukuran 200 ml di mini bar dihargai 200 bath, padahal saya membeli sepatu di flea marketnya hanya seharga 150 bath.  Masa harga sepatu lebih murah dari sebotol air mineral ?. Esoknya saya ke Seven Eleven, tau berapa harga air mineral dengan ukuran dan merek yang sama?  cuma 7 bath, sodara-sodara.

Hanoi Advisor Hotel, di Hanoi, Vietnam

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun