Sebagai sebuah negara yang memiliki beragam suku, agama, dan budaya, Indonesia telah lama menghadapi tantangan untuk menciptakan kurikulum yang dapat mewadahi kebutuhan pendidikan seluruh masyarakatnya. Hal ini juga menjadi tantangan bagi Kurikulum 2020, yang diusung dengan visi untuk menciptakan siswa yang berkarakter, kreatif, dan memiliki kecerdasan multiple intelligence. Namun, banyak pihak yang berpendapat bahwa kurikulum ini tidak cukup mewakili kebutuhan dan keberagaman masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Salah satu argumen yang sering muncul adalah bahwa Kurikulum Merdeka tidak memperhatikan keberagaman agama dan budaya yang ada di Indonesia. Kurikulum ini lebih menekankan pada pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan individual siswa, tanpa memperhatikan nilai-nilai dan tradisi yang dimiliki oleh masing-masing suku dan agama. Sehingga, banyak pihak yang merasa bahwa kurikulum ini tidak cocok untuk diterapkan secara nasional.
Namun, di sisi lain, banyak juga yang berpendapat bahwa Kurikulum Merdeka sebenarnya sudah mencerminkan kurikulum nasional. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat ini, Nadiem Makarim, menyatakan bahwa Kurikulum Merdeka adalah kurikulum nasional yang lebih inklusif dan berorientasi pada kecerdasan siswa. Ia juga menegaskan bahwa kurikulum ini telah melalui proses yang panjang, melibatkan banyak pihak, dan telah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.
Selain itu, ada beberapa hal yang menjadi perbedaan antara Kurikulum Merdeka dengan kurikulum sebelumnya yang membuatnya lebih layak untuk menjadi kurikulum nasional. Salah satunya adalah penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran. Kurikulum Merdeka menekankan pada penggunaan teknologi sebagai alat bantu dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat lebih terbiasa dan siap menghadapi perkembangan zaman yang semakin canggih.
Selain itu, Kurikulum Merdeka juga menekankan pada pembelajaran yang lebih berorientasi pada kegiatan nyata dan pengalaman langsung. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis siswa, yang merupakan salah satu tujuan utama pendidikan di Indonesia. Dengan demikian, Kurikulum Merdeka dapat menjadi kurikulum nasional yang mampu menciptakan generasi yang lebih siap menghadapi tantangan masa depan.
Namun, walaupun Kurikulum Merdeka telah melalui proses yang panjang dan melibatkan banyak pihak, masih terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki. Salah satu kekurangan yang sering disoroti adalah kurangnya kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum ini. Sebab, Kurikulum Merdeka menuntut guru untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan yang lebih luas dan mendalam, serta mampu beradaptasi dengan perubahan yang cepat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Merdeka memang layak untuk menjadi kurikulum nasional. Namun, sebelum diterapkan secara penuh, perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan yang lebih matang agar dapat memenuhi kebutuhan dan keberagaman masyarakat Indonesia secara lebih baik. Selain itu, kesiapan guru dan infrastruktur pendidikan juga perlu diperhatikan agar kurikulum ini dapat dijalankan dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal. Dengan begitu, Kurikulum Merdeka dapat menjadi tonggak penting dalam mencapai pendidikan yang lebih berkualitas dan merata di seluruh Indonesia.