Lalu lalang dinamika politik tahun ini mampu menyibukkan anak bangsa turut menggunakan ragam istilah, mulai dari bahasa PKL sampe Akademisi, dari yang tuntas serius-nya sampai yang ababil sbg gambaran Politik Indonesia beserta atributnya. Ya wajar juga karena tahun 2014 adalah tahun dimana tanah air kita sekali lagi diberikan oleh Yang Maha Kuasa kemampuan mengimplementasikan bentuk lain wujud Demokrasi yakni Pileg dan Pilpres.
Dengannya atmosfer politik di ranah NKRI setahunan ini tak selapis dua lapis, tp kasat mata berlapis-lapis. Saya, keluarga, bahkan teman2 yang boleh dibilang masih tingkat cetek a.k.a awam politiknya disela-sela diskusi ringan kami sering berucap “ini apaan lagi sih?” karena kami merasa aroma Politik saat ini sering menghidangkan hal2 yang di-rasional-kan, sengaja di-valid-kan, di-logis-kan dan istilah2 lain bernada sama. Sehingga gak lebay juga kesannya kok maksa bingits yah? Bisakah para petinggi atau elit mengambil bahasan lain yg nyata berfaedah untuk bangsa? Tak sekedar retorika melenakan hanya sampai dibibir saja. Politik yg sering dan selalu digadang sebagai salah satu alat penyejahtera rakyat malah andil menjadi salah satu sebab gaduh di masyarakat. Mulai saling lempar tangkap statement bertanda minus sebelum pileg bahkan sampai saat ini (tepok jidat), lalu aktivitas jalanan (demo) yg distempel menyuarakan yg benar, berdalih ini adalah dinamika politik yg lumrah (Dinamika Politik atau Dinamika Elit beda tipis), beralasan ini mengikuti suara yg bertujuan baik bagi bangsa (maksudnya suara yg mana?), dan semuanya kekeuh ini ber-destinasi mengutamakan Rakyat NKRI (Aamiin... kalo yg ini).
Saya memang tak membahas detail poin per poin ragam peristiwa politik yang berseliweran di tanah air saat ini. Tapi substansi yang ingin saya utarakan adalah ada prinsip kebenaran yang kentara diupayakan logis dihilangkan eksistensinya dlm aktivitas politik (apalagi) akhir2 ini itulah yg menghadirkan tanya, masihkah Rakyat diurutan utama?. Bila Rakyat masih ada dalam agenda disejahterakan, kenapa putusan baik untuk bangsa ini (apapun itu yah) sering harus dinego? di-recall-kan? di-Impeach-kan? di-bully-kan?.
Entah siapa me(nyengaja)mulai karena jelas terlihat via banyak media yang mewartakan bahwa ada pihak pengeruh bangsa yang menebar lalu mem-fakta-kan isu, mempelintir llmu yang sudah jelas divonis benar, mempublikasikan sikap Tak Legowo pada rakyat yg seharusnya melihat awal Legowo sebenarnya dari Pimpinan, dan saat ini masih saja sibuk mencari kira2 bagian atau konstruksi mana yg bisa berpotensi panen untuk kepentingan “Rakyat”, katanya...
Saya bukanlah simpatisan X, Y, atau Z, bukan pula ekstrimis parpol, atau suporter pecinta elit tertentu. Hanya sebagai seorang jelata yang berkeinginan pertiwi bahagia seutuhnya. Masing2 kita pasti memiliki anggapan beragam, namun keputusan berbaik sangka harus dihadirkan. Namun demikian lumrah juga to bila sikap baik sangka ending-nya bertransformasi menjadi alat pemangkas hal2 buruk lantaran yang dirasa sudah tak sejalan dengan prinsip kebaikan?
Harapan baik yg ada di Pemerintahan mendatang semoga cepat terwujud dan dirasakan kemanfaatannya bagi jiwa2 NKRI ini, Aamiin...