Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

“Pulang ke Kotamu...” (Perjalanan 2)

20 September 2010   14:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:06 473 0
Tugu JogjaCobalah anda dengar sepenggal lagu KLa Project berjudul Yogyakarta yang mulai ngetop di awal dekade 90 an ketika anda memasuki kota Yogyakarta baik ketika anda menggunakan mobil atau sepeda motor sesaat melewati perbatasan antara daerah Muntilan dan daerah Sleman atau daerah Purworejo dengan daerah Kulon Progo, demikian pula apabila memaasuki Yogyakarta dari arah timur melalui daerah Klaten, lagu ini sangat pas di hati dan di telinga ketika anda dengarkan saat anda memasuki kota ini apalagi jika anda pernah punya kenangan kenangan indah tentang Yogyakarta. Pasang pula gadget musik anda  dan dengarkan lagu ini ketika anda turun dari pesawat di bandara Adisucipto atau ketika anda turun dari kereta api di stasiun Tugu. Ada banyak cerita tentang Yogyakarta, baik sebagai kota perjuangan, kota pelajar dan pendidikan, kota tujuan wisata, kota budaya serta musium-musiumnya dan bahkan tentang kulinernya. Sebagai sebuah catatan kecil tentang sebuah perjalanan saya tidak akan mengupas banyak tentang kota tempat Mas Anton Wisnu Nugroho bertugas ini (anda tentunya sangat mengenal baik Mas Inu ini, beliau adalah penulis buku tetraloginya Pak Beye yang sedang menjadi best seller saat ini), mungkin pada postingan akan datang akan saya sampaikan. RM Gadjah WongMasih dalam rangka mengajak jalan-jalan keluarga dan bersilaturahmi dengan orang tua dan kerabat di kota ini, saya mengawalinya dengan berbuka bersama di sebuah rumah makan di kawasan Jalan Gejayan tepatnya di ‘girli' atau pinggir kali atau kalau di terjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai tempat yang ada di samping sungai Gadjah Wong. Kalau dalam bahasa komersial para pengembang perumahan di kawasan ibukota dan sekitarnya lebih senang memakai nama riverside, begitulah kira-kira. Sebelum saya dan seluruh anggota keluarga datang kesana, saya telephone terlebih dahulu untuk memesan tempat, dan oleh customer service yang menerima, saya ditawarkan  tiga pilihan tempat yaitu tempat dengan live music jazz,  country dan gamelan, saya dan seluruh anggota keluargapun sepakat untuk memilih tempat dengan iringan gamelan. Tempat rumah makan tersebut memang sangat nyaman utamanya makan malam ditemani alunan gamelan dengan meja kursi khas sentuhan Jawa serta menu-menu Nusantara, Continental dan India. Saya pun memesan nasi kuning lengkap dengan bebek gorengnya, imported sirloin dan ikan salmon steak tentunya tidak lupa dengan minumnya, mengenai rasa saya dan seluruh keluargapun cukup puas menyantapnya, karena memang jarang-jarang makan di rumah makan yang cukup nyaman ini, mungkin anda lebih pas jika mengajak Mbak Farah Quinn dengan ungkapan ‘yummi' nya atau Pak Bondan  dengan ‘maknyus' nya he..he... Soal harga untuk turis mancanegara dan turis domestik apalagi ibukota masih cukup terjangkau tapi menurut orang tua dan kerabat saya yang tinggal di Yogyakarta cukuplah merogoh kocek  sangat dalam, kalau bagi saya, tidak perlu sering-sering karena akan menguras tabungan he..he.. Setelah bersantap malam di girli Gadjah Wong tersebut, saya dan keluarga berkesempatan membantu orang tua yang kebetulan pada tahun ini ditunjuk sebagai panitia zakat fitrah, kebetulan yang membahagiakan menurut saya, karena selain bertakbir, bertahlil dan bertahmid keliling kota Yogyakarta, saya dan keluarga mengantarkan beras zakat fitrah kepada yang berhak menerimanya yaitu beberapa panti asuhan di kawasan kota Yogyakarta, sekalian pula melewati alun-alun utara yang kebetulan sedang ada pesta kembang api merayakan berakhirnya bulan Ramadhan. Ada kesan berbeda ketika menyaksikan takbir keliling di kawasan kota Yogyakarta, saat ini peserta takbir keliling sudah tidak menggunakan perlengkapan  oncor seperti  saya alami saat saya masih kecil dulu, oncor adalah alat penerangan dari sebatang bambu yang diisi dengan minyak tanah dan dipasang kain sumbu untuk menyalanya api, mungkin karena harga minyak tanah yang sudah mahal he..he..Saat ini peserta takbiran sudah sangat kreatif dengan menggunakan penerang lilin dengan dibungkus aneka bentuk dan warna hiasan, juga menggunakan hiasan yang cukup besar seperti halnya replika masjid, andong yang cukup menggugah mata untuk menyaksikannya, dan tidak lupa pasukan drum band dengan kostum serta devilenya yang atraktif di jalan raya. Sangat disayangkan kamera hanphone saya tidak cukup manis mengabadikannya sehingga  saya memutuskan tidak membagikannya di sini. Opor Ayam dan Sambel Goreng Daging CacahSetelah Sholat Ied dan bersilaturahmi dengan para tetangga, saya dan keluarga bersantap lontong dengan opor ayam dan sambal goreng daging cacah yang dibentuk bulat-bulat kecil yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Sampai saat saya masih belum menemukan jawaban mengapa hidangan ini selalu menjadi menu utama saat Hari Raya Idul Fitri, mungkin sudah tradisi mengingat dulu sewaktu saya masih kecil dan berhari raya di tempat kakek nenek, menu ini juga menjadi hidangan utama. Bagi anda yang mempunyai gangguan kesehatan karena kolesterol , sebaiknya menyantap sedikit saja he..he.. Gudheg Jogja ala Yu JumSalah satu makanan khas Yogyakarta adalah gudheg, ada perbedaan antara gudheg Yogya dengan gudheg Solo, mengenai cita rasa gudheg Yogya lebih manis dari pada gudheg Solo yang cenderung agak gurih, mengenai cara membuat gudheg tidak terlalu penting saya ungkapkan disini, anda dapat mencarinya di internet dengan bantuan mbah google tentunya. Banyak penjual gudheg di kota ini tentunya, namun sepanjang ingatan saya, yang saya kenang adalah gudheg di seputaran Plengkung Wijilan, dekat Bioskop Permata, depan Tugu, dan tentu saja di kawasan Selokan Mataram yang berdekatan dekat kampus UGM. Di kawasan Selokan Mataram ini ada dua gudheg Yogya yang cukup tenar dikalangan turis domestik dan mancanegara yaitu gudheg Bu Amat dan gudheg Yu Jum. Bagi saya mengunjungi Yogyakarta tanpa menyantap gudheg serasa kurang pas, maka saya sempatkan untuk mencicipi gudheg Yu Jum sebelum melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Untuk anda yang tidak suka rasa manis yang berlebihan, memang tidak pas jika anda paksakan untuk mencicipi gudheg Yogya ini. Karena ketika masih remaja saya bersekolah di kota ini, utamanya di kawasan Kotabaru dan girli nya Sungai Code yang berdekatan dengan RSUP Dr Sardjito, maka saya sempatkan untuk sekedar menunjukkan ke anak-anak saya dimana dulu bapaknya bersekolah sambil berdoa dan berharap agar anak anak dapat mengikuti jejak sang bapak he..he..Sambil berjalan keliling kawasan Kotabaru dan kampus UGM saya berharap beberapa outlet makanan favorit saya berbaik hati  membuka pintunya, seperti burger Monalisa, warung SS, soto Kadipiro, soto Pak Soleh,dan  bakmi Jawa Pak Rebo, . Sayang karena suasana hari raya dan mungkin para karyawannya ingin merasakan berlebaran dengan keluarga, maka pada saat saya dan keluarga kunjungi ternyata sudah tutup, tiada sikap selain memakluminya. Sedikit tentang rasa burger Monalisa, menurut indra pengecapan saya, cita rasa burger ini sangat jauh berbeda dengan burger yang dikeluarkan 14045 atau pun 14022, saya merasakan burger ini lebih bercita rasa Nusantara, sebaiknya anda coba jika berkesempatan berada di Yogyakarta. Juga tentang warung SS (Spesial Sambal) yang menyajikan aneka rupa masakan dengan pendamping aneka rupa sambal khas Nusantara, sang pemilik kebetulan adalah sahabat saya,Mas Yoyok dan saya berharap pada kunjungan saya selanjutnya beliaulah yang akan secara special membuatkan sambal khusus untuk saya he..he. Mengingat waktu yang terbatas, saya belum sempat mencicipi sate Klathak  kesukaan Mas Butet Kertarajasa, jadah dan tempe bacem nya obyek wisata Kaliurang dan mengunjungi Jalan Malioboro, Dagadu Jogja, Bakpia Pathok, Taman Pintar,  Pantai Parangtritis, Candi Prambanan, Candi Borobudur sambil mencicipi Kupat Tahu Magelang serta mengunjungi Musium Kakayon yang saat ini dikepalai oleh sahabat saya Mas Donny Surya. Saya berharap dapat menuliskannya secara lengkap pada postingan saya selanjutnya. Kereta Api Sancaka telah menunggu saya melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Sumber foto : koleksi pribadi, 3.bp.blogspot.com Salam Perjalanan Erfan Adianto, seorang buruh. Iklan: Silakan baca juga postingan saya yang lain: Kesan Pertama Begitu Menggoda (Perjalanan 1) http://www.facebook.com/erfan.adianto http://www.twitter.com/erfanadianto

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun