Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Kesan Pertama Begitu Menggoda (Perjalanan 1)

16 September 2010   09:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:12 278 0
Ketika kali pertama menginjakkan kaki di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, saya tertegun karena kagum, maklum baru pertama kalinya menggunakan moda transportasi udara melalui Terminal 3 ini padahal sudah sejak tanggal 15 April 2009 terminal ini sudah di operasikan. Kekaguman saya terutama karena bangunan yang megah dan terkesan futuristik modern, saya tidak dapat menggambarkan secara detail mengingat saya bukan insinyur arsitektur ataupun insinyur teknik sipil, mungkin Mas Eko Eshape dapat menjelaskan detailnya. Saya dapati Terminal 3 ini mempunyai areal parkir yang cukup luas, baik untuk kendaraan roda empat maupun roda dua, demikian juga areal parkir inapnya, cukup nyaman rasanya. Mungkin karena masih dua maskapai penerbangan saja yang menggunakan fasilitas Terminal 3 ini yaitu Mandala Airlines dan Indonesia Air Asia, maka saya merasakan masih lenggang aktifitas di luar maupun di dalam Terminal 3 ini walaupun sudah mendekati Hari Raya. Saya coba bandingkan  dengan Terminal 1A yang digunakan oleh maskapai Lion Air dan Wings Air (mengingat saya beberapa kali hanya mengantar dan menjemput sahabat yang datang ke Jakarta), terasa sangat beda, baik kepadatannya maupun kebersihannya. Di Terminal 3 saya belum mendapati adanya pedagang kaki lima di areal parkirnya, saya juga belum mendapati adanya penjual yang menawarkan parfum ataupun arloji kepada calon penumpang , saya pun belum mendapati adanya anak-anak yang menawarkan  jasa penyemiran sepatu kulit, saya juga belum mendapati orang yang menawarkan jasa secara paksa membawakan  trolley menuju tempat parkir,  bahkan saya tidak mendapati jasa porter di Terminal 3. Yang saya tahu bandara ataupun bandara internasional adalah salah satu jendela sebuah negara, bangsa-bangsa lain akan sedikit mengenal sebuah bangsa melalui kondisi bandara domestik dan internasionalnya. Mestinya menjadi tugas pengelola bandara dan pemerintah untuk memikirkan langkah-langkah mengelola bandara sebagai jendela bangsa sekaligus memberikan tempat berdagang untuk pedagang pedagang kaki lima. Mengingat saya hanya seorang buruh saja, maka perjalanan dengan menggunakan moda transportasi udara sudah saya anggap mewah, karena tidak bisa dipungkiri harga tiket cukup mahal apalagi menjelang Hari Raya, tapi rupiah demi rupiah yang saya kumpulkan dari hasil menabung tiga tahun ini saya putuskan tidak ada salahnya saya gunakan untuk sedikit memanjakan diri dan keluarga, tentunya sudah saya kalkulasikan dan saya sediakan pula anggaran ketika di tempat tujuan dan sepulang kembali ke ibukota. Ah.. malah ngelantur saya. Kembali ke Terminal 3, saya terkesan dengan desain warna yang mencolok dengan biru turqois nya, memberikan kesan modern dan futuristik, seperti halnya di ruang tunggu yang terbagi dengan 6 zone dimana tiada sekat diantaranya, memberikan kesan lapang dengan kursi-kursi yang nyaman apalagi ditambah dengan adanya karpet yang menghampar sehingga anak-anak pun leluasa berlarian. Ditambah dengan adanya dinding kaca sehingga penumpang dapat melihat aktifitas pesawat yang ada di apron walaupun agak terganggu dengan adanya beam beton yang cukup menghalangi keleluasaan pandangan.. Hal lain yang membuat menarik adalah tema lingkungan yang ada di ruang tunggu dan toilet, ada beberapa papan dengan huruf menarik yang menghimbau agar kita melakukan penghematan energi, air dan penyelamatan bumi. Saya berharap tulisan dengan bahasa Inggris tersebut dapat dipahami dan diimplementasikan oleh warga Indonesia karena kita tahu bersama tidak semua warga Indonesia cukup mengetahui arti kata-kata slogan dengan bahasa Inggris, dan yang paling penting adalah pengelola bandara dapat merawat dan mengelola Terminal 3 dengan sebaik-baiknya. Foto-foto: koleksi pribadi Salam Perjalanan Erfan Adianto, seorang buruh. Iklan http://www.facebook.com/erfan.adianto http://www.twitter.com/erfanadianto

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun