Di tanah Papua ini memang banyak yang belum yang belum bisa baca tulis bahkan ada yang bisa membaca namun tidak paham apa yang ia baca, dan juga dalam menulis ia tidak paham. Ini salahnya dimana ?
Untuk menjawab permasalahan pendidikan di tanah Papua Yayasan Nusantara Sejati (YNS) hadir dengan bermitra bersama Unicef dan bekerjasama dengan kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi menghadirkan beberapa program untuk menunjang keberhasilan pendidikan di Papua salah satunya ialah program Literasi.
Literasi baru diterapkan di Papua guna mendukung minat baca-tulis bagi siswa terlebih pada siswa sekolah dasar, seperti yang dikemukakan oleh Program Manager Elin Bawekes bahwa Papua darurat literasi.
"Papua darurat literasi, hal ini berdampak pada kemajuan SDM Papua dalam membaca dan menulis. Itu sebabnya kami merekrut 43 Tenaga Pendamping dan Pelatih Sekolah (TPPS) dari seluruh Indonesia. 70% dari Papua dan sisanya 30% dari luar Papua", ujar Elin Bawekes selalu Program Manager YNS.
Peserta TPPS sudah melakukan Training of Trainers (ToT) Tenaga Pendamping dan Pelatih Sekolah Program Revitalisasi Pendidikan Dasar di Provinsi Papua Melalui Penguatan Kemampuan Baca-Tulis / Â Literasi dan Pengembangan Karakter di Jenjang Dasar selama 13 hari.
"Kami adakan Training of Trainers sejak 20 September - hingga 02 Oktober 2021 ini, dua hari kedepannya akan kami lakukan pra mobilisasi TPPS untuk 6 kabupaten/kota di Papua yang terdiri dari 13 orang untuk kabupaten Jayapura, 6 orang untuk kota Jayapura, 7 orang untuk kabupaten Keerom, 9 orang untuk kabupaten Sarmi, 4 orang untuk kabupaten Mamberamo Tengah, dan 4 orang untuk kabupaten Lanny Jaya, ujar Manajer Program YNS.
Begitupun ditambahkan oleh perwakilan Unicef untuk Papua Samuel Kareth bahwa literasi ini menjadi fokus Unicef untuk meningkatkan kemampuan Baca-tulis di Papua.
"Program ini menjadi fokus dari Unicef agar anak-anak di Papua bisa meningkatkan kemampuan Baca-tulis. Baca-tulis sangat rendah karena beberapa hal seperti ketidakhadiran guru yang berdampak pada ketidaklancaran proses belajar-mengajar, keseriusan intervensi dari pemerintah. Pemerintah harus betul-betul memerhatikan pendidikan khususnya di SD", ujar Perwakilan Unicef untuk Papua Samuel Kareth.
Kenyataannya guru-guru atau tenaga pendidik lebih suka berkeliaran di kota dibandingkan menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, hal sederhana ini menjadi dampak buruk bagi generasi emas Papua. Jika hal-hal seperti ini dibiarkan maka jangan di Papua angka buta huruf sangat tinggi.
"Banyak contoh nyata yang menjadi tolak ukur Unicef dan YNS menjalankan program ini. Seperti penduduk di Papua belum memiliki ijazah SD. Bahkan diusia sekolah ia belum bisa membaca dan menulis. Itu sebabnya saya memesan kepada TPPS mari kita bekerjasama menurunkan angka buta huruf dan menaikkan angka melek huruf, dan mari membatu kami memajukan pendidikan di Papua dengan mentransfer ilmu dan pemahaman yang benar kepada guru-guru agar menjadi master Trainer", ujar Samuel Kareth.
Hal serupa diungkapkan oleh kepala dinas pendidikan provinsi Papua yang mewakili Yulianus Kuayo bahwa pihak pemerintah Papua mendukung penuh program ini agar dapat meningkatkan mutu pendidikan yang jauh lebih baik.
"Dinas pendidikan dan pemerintah provinsi Papua sangat mendukung program ini karena dapat meningkatkan mutu pendidikan. Jumlah penduduk Papua sedikit tetapi mengapa masalah pendidikan tidak tuntas-tuntas ? Dan perlu para TPPS mengetahui hal - hal ini terjadi karena akses pendidikan yang tidak mendukung, sentuhan setiap dinas pendidikan yang tidak terlaksana sepenuhnya dan pendidikan politik yang terjadi di Papua dalam arti hal ini menghambat karena proses politik sangat tinggi. Rata-rata kepala sekolah naik karena pendukung pemimpin daerah setempat, sehingga yang tidak berkapasitas sebagai pemimpin harus naik dan hal ini terus terang sangat menghambat dan merusak pendidikan di Papua", ujar Yulianus Kuayo selaku perwakilan dinas provinsi Papua.
Dengan memberikan beberapa penguatan, Yulianus Kuayo beserta kepala dinas Keerom, perwakilan Unicef untuk Papua dan perwakilan dinas pendidikan kabupaten Jayapura secara resmi menutup Training of Trainers (02/10/2021) dengan memukul tifa.