Perhelatan Piala Dunia Usia 20 bakal dilakukan di Indonesia dan sebagai tuan rumah timnas Indonesia sudah dipastikan lolos.
Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI sudah siap dan sudah memastikan enam stadion yang bakal digunakan untuk Piala Dunia jenjang usia 20 ini.
Keenam stadion yang bakal digunakan yakni stadion Jakabaring Palembang, stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, stadion Si Jalak Harupat Bandung, stadion Manahan Solo, stadion Gelora Bung Tomo Surabaya dan stadion Kapten I Wayan Dipta Bali.
Pemilihan keenam stadion ini sudah resmi langsung dipilih oleh FIFA setelah proses pengecekan yang dilakukan pada Juni 2022.
Pemilihan keenam stadion yang diusulkan PSSI ini mengundang polemik dimata pengamat dan pencinta sepakbola, terlebih di wilayah Timur Indonesia.
Timbul banyak pertanyaan dengan alasan tidak ada stadion dari Timur Indonesia yang digunakan pada ajang Piala Dunia U-20 tahun 2023 ini.
Jika dilihat beberapa stadion di Timur Indonesia memiliki kapasitas yang tidak kalah jauh dari keenam stadion tersebut. Sebut saja stadion Habibie Makassar yang merupakan salah satu stadion terbaik dari klub PSM Makassar yang saat ini digunakan pada Liga 1 Indonesia dengan kapasitas bisa menampung 8.000 supporter dan atau stadion Lukas Enembe Jayapura milik klub Persipura Jayapura yang berkapasitas bisa menampung 40.000 orang dan tak hanya itu, stadion Lukas Enembe merupakan stadion terbaik dan termegah kedua setelah stadion Utama Gelora Bung Karno, hanya sayang tidak bisa dimanfaatkan oleh PSSI.
Apakah karena alasan keamanan? Tentu ini bukan alasan lelucon yang dibuat, Makassar dan Jayapura merupakan dua kota besar terbaik di Indonesia.
Jadi, sekarang ini para politikus bahkan pemeran penting sepakbola Indonesia wajib memakai kacamata nusantara, yang artinya Makassar dan Jayapura merupakan bagian dari Indonesia.
Masyarakat Indonesia lebih fokus permasalahankan timnas Israel hanya karena persoalan politik dan agama, dan menutup mata pemilihan stadion di wilayah timur yang sebenarnya kapasitas stadion lebih baik dibandingkan keenam stadion tersebut.
Jangan hanya mengangkat isu timnas Israel saja. Karena timnas Israel ke Indonesia untuk kepentingan olahraga bukan kepentingan politik dan agama. Lihat saja contoh kemarin pada pergelaran Piala Dunia 2022 kemarin yang dilaksanakan di Qatar yang merupakan negara kecil dengan mayoritas beragama Islam, namun karena mereka memiliki nilai toleransi yang tinggi, mereka mampu menerima semua negara tanpa melihat isu politik dan agama sehingga proses pergelaran Piala Dunia berhasil dilaksanakan dengan baik.
Lalu sekarang apa yang yang dipikirkan politikus dan pemangku kepentingan sepakbola di Indonesia? Memikirkan timnas Israel atau prestasi timnas Indonesia yang hingga saat ini masih lemah dipanggung Asean, bagaimana mana mau bersaing di Asia dan Dunia? Salah satu penghambat karena lebih melibatkan politik dan agama dalam olahraga dibandingkan fokus membawa prestasi di timnas Indonesia.
Jika lebih memikirkan timnas Israel, apa bedanya jika dalam pemilihan stadion saja tidak netral dan lebih memilih stadion di wilayah barat dibandingkan wilayah timur Indonesia. Hal sederhana ini saja dilalaikan padahal dalam negeri sendiri, tetapi masih sibuk urus negara lain untuk bersaing di pergelaran Piala Dunia U-20.
Atau seperti lelucon para netizen, bahwa sebenarnya menolak timnas Israel hanya karena Indonesia tidak mampu bersaing dengan negara lain salah satunya Israel sehingga melakukan hal konyol ini dengan membawakan isu politik dan agama demi menggugurkan para kandidat lainnya agar langkah Indonesia semakin mudah untuk juara.