Mohon tunggu...
KOMENTAR
Halo Lokal Pilihan

Kebiasaan Aneh Pembeli Jika Berada di Pasar

20 Mei 2022   21:44 Diperbarui: 20 Mei 2022   21:58 622 7
Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli barang.

Tak ada seni jika dalam pasar kekurangan salah satunya. Bayangkan jika dalam pasar hanya terdapat penjual, siapa yang mau beli barang jualannya. ? Atau hanya terdapat pembeli, mereka mau beli apa ?

Selain pasar, saat ini sudah banyak terdapat tempat jual beli barang, seperti mall, supermarket, toko, mini market dan sebagainya.

Tadi siang, saya mengunjungi salah satu pasar yang terdapat di Sentani kabupaten Jayapura Papua. Pasar tersebut ialah pasar Pahara Sentani.

Pasar yang seluas dua kali lapangan sepakbola ini merupakan salah satu pasar terluas dan bisa dikatakan pasar terbaik di Jayapura.

Sesuatu yang bisa dikatakan menarik di pasar ini ialah pasar yang memiliki nilai toleransi yang tinggi. Dalam pasar ini campuran mama-mama Papua dan penjual non Papua dengan berlatarbelakang budaya dan agama yang berbeda-beda berkumpul di pasar ini.

Mengapa dikatakan pasar yang memiliki nilai toleransi yang tinggi ? Ada banyak hal yang bisa dinilai seperti pada hari raya Natalan, semua penjual yang berbeda-beda agama namun berjualan pernak-pernik Natal, busana natal, memutar musik-musik rohani Kristen
 Begitu sebaliknya, jika hari raya lebaran semua penjual menjual pernak-pernik dan memutar musik yang bertema Islamiah.

Bulan lalu saya bertemu salah satu mama Papua berjualan di pasar ini, yang mengagetkan saya adalah ia berjualan ketupat dan pernak-pernik Ramadhan dan saya salut akan hal ini dan juga pernah di bulan Desember lalu seorang pemuda memutar lagu-lagu natal sambil ia ikut menyanyikan lagu-lagu tersebut.

Dalam dua contoh diatas, ada yang salah ? Yang beranggapan salah merupakan mereka yang tidak memiliki nilai intoleransi dalam setiap ajarannya.

Saya tidak membahas hal ini lebih mendalam, saya hanya ingin membahas kebiasaan aneh pembeli jika berada di pasar.

Pernahkah anda ke Pasar lalu menawari harga barangnya, dan pernahkah anda ke supermarket lalu menawari harga barangnya. ? Dua hal ini merupakan contoh kasus yang sering kita lakukan bukan ?

Saya ingin membuka pemahaman anda, bahwa pasar dan supermarket merupakan tempat penjualan dari proses barang yang berbeda.

Barang-barang yang dijual di supermarket merupakan barang yang sudah pasti dan harga yang sudah pasti tanpa diganggu gugat. Jika harga seikat sayur yang diletakkan di mesin pendingin dan harganya sudah ditempel Rp.7.000,- tetap harga tersebut, anda tidak bisa membawa seikat sayur ke kasir lalu menurunkan harga menjadi Rp.4.000,-, mereka akan menertawai anda.

Sedangkan sayur seikat Rp.7.000,- di pasar, anda bisa nego harga menjadi Rp.4.000,- dan coba bayangkan saat anda menawari harga barangnya ? Perasaan penjual sedikit berbeda saat anda membeli dengan Rp.7.000,- dan harga nego Rp.4.000,-.

Satu hal yang perlu dicamkan oleh setiap kita yang suka ke pasar dan menawari harga barang dari mama-mama yang berjualan. hasil jualan mereka merupakan hasil dari kerja keras. Mereka mencangkul tanah, menanam tanaman, merawatnya hingga panen.

Mereka memetiknya lalu dengan kaki telanjang mereka berjalan kaki dan memikul barang jualan yang berat lalu menuju ke pasar untuk berjualan,. harapan mereka hanya satu. Barang jualan laku agar bisa menyekolahkan anak-anaknya dan bisa membeli semangkok beras untuk bisa makan.

Kalian ke supermarket membeli barang tanpa nego langsung bayar bukan ? Anda tidak sadar, anda sedang memperkaya pemilik supermarket yang sudah kaya. Sedangkan mama-mama di pasar, dari kekurangannya ia berjualan, malah kalian nego harganya. Bukannya jika sayur satu ikat dengan harga Rp.7.000,- anda membeli tanpa tawar dengan sendirinya anda membantu kekurangannya ? Ia bisa pulang naik taxi tidak jalan kaki lagi, ia bisa membayar SPP sekolah anaknya, ia bisa membeli semangkok beras agar keluarganya bisa menikmati enaknya nasi ?

Tulisan ini saya sengaja tulis, agar menjadi refleksi buat kita dan bisa merubah paradigma kita dalam berbelanja.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun