Mendinginkan hati putihku
namun ketika rembulan mulai beranjak
menghilang dibalik awan kearah timur
tiba-tiba aku terjaga dalam tidurku
Terpana sekejap dalam kerinduan
kulihat dirimu tersenyum dibingkaiku
senja hari bulan purnama
kurindukan rasa pada saat kelam telah larut
Kudengar ombak di lautan mendatangkan
sebaliknya ada bedanya
setelah dapat ku tatap bias bianglala
sirna semua rasa perih
Ketika sadar ada dirimu dalam mataku
saat aku seorang diri hingga kita saling terdiam
tertebar sayup suara memanggil
hendak segera diraih
Berharap memecahkan kesunyian
tumpahkan segala rasa
bercermin di depan semangat
setakat menjadi sebuah pertemuan nan indah
Membuat rasa cinta dan kasih amat memprihatinkan
dikolong peneduh kita terus bernyanyi
menelusuri jalan berliku
mengarungi arus mega sejuk damai
Mengabadikan persahabatan kita dibawah keluwung
gentar langkah cepat tidak biasa
membuat kita tak tahu arah kembali
kita hanya dalam tembang
(Pondok Petir, 17 April 2015)