Puisi : Edy Priyatna
Aku terpaku di sebuah sudut
keluhkan nasib hidup
senantiasa menanti nan tak pasti
sejak ada janji-janji para pemimpin
airmu menimbun di ubun-ubun
menyusuk terus kerongga dada
ketika reda masih terasa rintik
Karakter berteriak dalam sunyi
di jantung genangan rindu
tanpa tiada meniris
kami ingin menikmati rasa itu
ketika kau sampaikan berita hangat indah
dalam promosi dirimu saat kita berkenalan
kami hendak mencangkul sebongkah hatimu
Mengusap semenanjung asa
kini helai-helai rindu melayang berserakan
dihembus napas angin tersengal-sengal
jangan kau biarkan rasa itu hambar
saat kubuka mata kecilku
tak ada nan dapat kutatap
gelap dan dingin mendekap
Sedang kuberpikir sejenak
terdengar suara halus bergema
kamu tak bisa bergerak
hati tulus takkan lekang oleh waktu
adalah senandung pengantar tidur
status nan tertancap dalam kalbu
berduka bagaikan mayat tanpa rumah
Begitu berlari disetubuhi takut
tidur panjangpun tak berani ditunggu
kerinduan bagai api nan selalu menyala
dalam tidur masih tergambar warnanya
ada waktunya kita mengenal lemah
bukan larut dalam kekalahan
ada saatnya kita mengenal kuat
(Pondok Petir, 15 Januari 2015)