Kalau cinta memang buta, tunjukkanlah ke arah mana aku harus melangkah. Sebab ujung aspal sebelah sana telah menjadi saksi luapan amarah. Sebuah elegi gundah antara kita; aku, kamu, dan siapa saja yang tak perlu lagi kau ucapkan namanya. Ujung aspal jalanan jadi saksi perpisahan pilu, ditemani sesunggukan air mata, sebuah penyesalan bagi yang telah terlanjur larut dalam pusara cinta. Bertekuk di bawah kakinya dan dengan polos menjadi seperti anak bayi. Itulah kamu. Oh, Marta. Yang sejak dulu membuatku buta, lalu tak tahu melek lagi. Di ujung aspal , kisah ini coba kureka.